Selasa, 12 Mei 2015

KM. Salaja Kampo--Meski hanya bekerja sebagai penjual nasi campur di serambi rumahnya, ternyata Siti Aminah, atau akrab dipanggil Mbak Min telah mampu mencetak 2 orang anaknya menjadi sarjana. Seorang lain masih di bangku kuliah. Sedang yang keempat, si bungsu, tak lama lagi akan dikuliahkan. Hebatnya Mbak Min, karena ia hanya mengandalkan hasil menakar menu nasi campur untuk menyekolahkan dan mencetak gelar sarjana bagi anak-anaknya.

Awalnya ia sendiri tidak pernah menyangka. Bahwa dengan usaha kecil dan rumahannya ini ternyata telah mampu mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi. Sedianya, ia membuka lapak, hanya untuk memenuhi keperluan rumah tangga. Tapi siapa nyana, berkah jualan nasi campurnya malah membawa 2 anak sarjananya sekarang bahkan telah menjadi guru.

“Alhamdulillah mas, hanya dengan bekerja seperti ini saya bersama suami bisa menyekolahkan anak sampai sarjana. Dua orang anak saya sekarang sudah jadi guru walaupun berstatus sukarela, tapi saya tetap bersyukur. Sekarang anak saya yang bungsu sebentar lagi akan menyusul kakaknya untuk kuliah di mataram”. Ujar Mbak Min sumringah.

Mbak Min yang berasal dari Pulau Lombok ini memang tak pernah sepi pelanggan. Tiap hari di pagi dan malam ba’da isya depan musholla Al-Mauidah Dusun Karya  Desa Nisa, ramai orang berdatangan menghampiri serambi rumah Mbak Min. Serambi yang ia diberdayakan untuk menjajakan nasi campur masakannya.

Sebelum memutuskan menjual nasi campur, Mbak Min yang disunting oleh Abdul Haris ini pada tahun 1985 bersama suaminya sempat empat tahun merantau ke Jakarta. Di daerah rantauan Mbak Min dan suami bekerja keras untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Karena desakan mertuanya untuk kembali ke kampun halaman, akhirnya Mbak Min dan suami dengan berat hati memutuskan untuk pulang kampung.

Kebingungan menyelimuti pikiran Mbak Min. Usaha apa yang akan dilakukannya setibanya di kampung halaman untuk kembali menata penghidupan yang baik. Sesampainya di kampung halaman Mbak Min mencoba mengamati peluang bisnis yang akan dibukanya. Tidak berapa lama, setelah Mbak Min berinisiatif untuk mencoba membuka usaha kuliner. Setelah mendapatkan persetujuan suami, Mbak Min mulai membuka usahanya. Upaya Mbak Min ini juga untuk meringankan beban suami, yang masih belum memiliki pekerjaan tetap.

Mbak Min memulai usahanya dengan memakai jasa anak-anak kampung untuk menjajakan nasi bungkus dari rumah ke rumah di lingkungan desa. Nasi yang dibungkus dengan daun pisang ini berisi menu yang cukup sederhana dengan harga yang berkisar Rp. 200 – Rp. 500.

“Sebelum di serambi ini, saya mengawali usaha ini dengan menyewa jasa anak-anak di kampung ini untuk menjajakan mengelilingi kampung. Dulu nasi dibungkus dengn daun pisang dan dijual dengan harga ratusan rupiah saja. Besaran harga seperti itu cukup menguntungkan dengan nilai uang pada waktu itu”ungkapnya.

Seiring jalannya waktu Mbak Min tidak menyangka usahanya akan menjadi seperti sekarang. Usaha yang awal hanya coba-coba, sekarang cukup dikenal di sekitar wilayah Desa Nisa, Naru dan Tente. Dari usaha ini Mbak Min tidak hanya bisa meringankan beban suami, akan tetapi dia juga bisa membeli motor untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Selain dari itu suaminya juga sudah mendapat pekerjaan sebagai pegawai honorer di salah satu sekolah menengah pertama di daerahnya sebagai staf tata usaha.

Menyadari keadaan ekonomi keluarga yang sedikit membaik dan usahanya kuliner yang selalu ramai pelanggannya, Mbak Min dan suami memberanikan diri untuk memenuhi keinginan anaknya untuk berkuliah.

Dikatakannya, keinginan anaknya untuk kuliah sebenarnya sejalan dengan keinginannya agar ke depan anak-anaknya tidak susah seperti yang dia rasakan. Saya sadar anak-anak saya harus menjadi orang yang berilmu supaya kelak mereka bisa menata masa depannya dengan lebih baik lagi, tidak seperti saya sekarang.   
   
Ditanya tentang berapa keuntungan yang dia dapat perhari, Mbak Min hanya bisa tersenyum. “Usaha saya ini dimulai pada tahun 1989 dan sampai sekarang masih berlangsung. Tentunya keuntungan yang saya dapat cukup menjanjikan untuk standar saya”jawabnya.

Mbak Min hanya memberikan gambaran, untuk setiap harinya dia mempersiapkan beras kurang lebih 10 kg, daging ayam 3 kg, ikan tongkol 3 ekor. Sedangkan untuk sayuran Mbak Min menyiapkan sayur-mayur segar yang dia dapatkan di pasar Tente. Dalam sehari Mbak Min hanya mampu mendapatkan omzet maksimal Rp. 400.000.

“Omzet yang saya dapat per hari tidak menentu mas, karena harga yang patok berkisar dari Rp.3.000 sampai Rp. 5.000 ke atas per porsinya. Kalau banyak yang beli dengan porsi Rp.5.000 ke atas saya bisa dapat omzet Rp. 400.000 per harinya, tapi saya tetap mensyukuri berapapun yang saya dapat” jelas Mbak Min.

Walaupun menu yang disiapkannya jarang dirubah, akan tetapi pelanggan tidak merasa bosan dengan nasi campur jualan Mbak Min. Terbukti setiap harinya nasi campur Mbak Min tetap sajaramai pengunjung.

Di akhir pertemuan Mbak Min menyampaikan rasa syukur dan dia selalu berdo’a untuk kedapa Allah SWT agar selalu diberikan kesehatan. Agar dia terus bisa berusaha untuk bisa membiayai kuliah dua anaknya yang belum jadi sarjana.
  
Mbak Min adalah representasi dari perempuan yang kuat, penuh kesabaran menghadapi tantangan hidup, ulet tanpa mengeluh. Di saat kesulitan hidup melanda tidak jarang orang mengambil jalan pintas untuk meraih kekayaan harta, seperti umum terjadi di tengah lingkungan sekitarnya. Akan tetapi Mbak Min tetap saja di jalur yang diridhoi yaitu mencari nafkah dengan cara yang halal.

Dengan dinamika kehidupan yang dia alami, Mbak Min konsisten berjuang untuk mencetak generasi penerus yang berilmu. Yang kelak bisa memberikan kebanggan untuk kedua orang tua dan bermanfaat untuk keluarga dan lingkungannya.

Keteguhan, keuletan, keasabaran, bersyukur dan istiqomah serta terus berharap kepada yang Maha Kuasa tentunya pasti akan berbuah kebaikan. (SK.OPK)


0 komentar:

Posting Komentar