KM. Salaja Kampo--Meski hanya bekerja sebagai penjual nasi campur di serambi
rumahnya, ternyata Siti Aminah, atau akrab dipanggil Mbak Min telah mampu
mencetak 2 orang anaknya menjadi sarjana. Seorang lain masih di bangku kuliah. Sedang
yang keempat, si bungsu, tak lama lagi akan dikuliahkan. Hebatnya Mbak Min,
karena ia hanya mengandalkan hasil menakar menu nasi campur untuk menyekolahkan
dan mencetak gelar sarjana bagi anak-anaknya.
Awalnya ia sendiri tidak pernah menyangka. Bahwa dengan usaha
kecil dan rumahannya ini ternyata telah mampu mengantarkan anak-anaknya ke
jenjang pendidikan tinggi. Sedianya, ia membuka lapak, hanya untuk memenuhi
keperluan rumah tangga. Tapi siapa nyana, berkah jualan nasi campurnya malah
membawa 2 anak sarjananya sekarang bahkan telah menjadi guru.
“Alhamdulillah mas, hanya dengan bekerja seperti ini saya
bersama suami bisa menyekolahkan anak sampai sarjana. Dua orang anak saya
sekarang sudah jadi guru walaupun berstatus sukarela, tapi saya tetap bersyukur.
Sekarang anak saya yang bungsu sebentar lagi akan menyusul kakaknya untuk
kuliah di mataram”. Ujar Mbak Min sumringah.
Mbak Min yang berasal dari Pulau Lombok ini memang tak pernah
sepi pelanggan. Tiap hari di pagi dan malam ba’da isya depan musholla
Al-Mauidah Dusun Karya Desa Nisa, ramai
orang berdatangan menghampiri serambi rumah Mbak Min. Serambi yang ia diberdayakan
untuk menjajakan nasi campur masakannya.
Sebelum memutuskan menjual nasi campur, Mbak Min yang
disunting oleh Abdul Haris ini pada tahun 1985 bersama suaminya sempat empat
tahun merantau ke Jakarta. Di daerah rantauan Mbak Min dan suami bekerja keras
untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Karena desakan mertuanya untuk
kembali ke kampun halaman, akhirnya Mbak Min dan suami dengan berat hati
memutuskan untuk pulang kampung.
Kebingungan menyelimuti pikiran Mbak Min. Usaha apa yang akan
dilakukannya setibanya di kampung halaman untuk kembali menata penghidupan yang
baik. Sesampainya di kampung halaman Mbak Min mencoba mengamati peluang bisnis
yang akan dibukanya. Tidak berapa lama, setelah Mbak Min berinisiatif untuk mencoba
membuka usaha kuliner. Setelah mendapatkan persetujuan suami, Mbak Min mulai
membuka usahanya. Upaya Mbak Min ini juga untuk meringankan beban suami, yang
masih belum memiliki pekerjaan tetap.
Mbak Min memulai usahanya dengan memakai jasa anak-anak
kampung untuk menjajakan nasi bungkus dari rumah ke rumah di lingkungan desa.
Nasi yang dibungkus dengan daun pisang ini berisi menu yang cukup sederhana
dengan harga yang berkisar Rp. 200 – Rp. 500.
“Sebelum di serambi ini, saya mengawali usaha ini dengan
menyewa jasa anak-anak di kampung ini untuk menjajakan mengelilingi kampung.
Dulu nasi dibungkus dengn daun pisang dan dijual dengan harga ratusan rupiah
saja. Besaran harga seperti itu cukup menguntungkan dengan nilai uang pada
waktu itu”ungkapnya.
Seiring jalannya waktu Mbak Min tidak menyangka usahanya akan
menjadi seperti sekarang. Usaha yang awal hanya coba-coba, sekarang cukup
dikenal di sekitar wilayah Desa Nisa, Naru dan Tente. Dari usaha ini Mbak Min
tidak hanya bisa meringankan beban suami, akan tetapi dia juga bisa membeli
motor untuk keperluan sekolah anak-anaknya. Selain dari itu suaminya juga sudah
mendapat pekerjaan sebagai pegawai honorer di salah satu sekolah menengah
pertama di daerahnya sebagai staf tata usaha.
Menyadari keadaan ekonomi keluarga yang sedikit membaik dan
usahanya kuliner yang selalu ramai pelanggannya, Mbak Min dan suami
memberanikan diri untuk memenuhi keinginan anaknya untuk berkuliah.
Dikatakannya, keinginan anaknya untuk kuliah sebenarnya
sejalan dengan keinginannya agar ke depan anak-anaknya tidak susah seperti yang
dia rasakan. Saya sadar anak-anak saya harus menjadi orang yang berilmu supaya
kelak mereka bisa menata masa depannya dengan lebih baik lagi, tidak seperti
saya sekarang.
Ditanya tentang berapa keuntungan yang dia dapat perhari, Mbak
Min hanya bisa tersenyum. “Usaha saya ini dimulai pada tahun 1989 dan sampai
sekarang masih berlangsung. Tentunya keuntungan yang saya dapat cukup menjanjikan
untuk standar saya”jawabnya.
Mbak Min hanya memberikan gambaran, untuk setiap harinya dia
mempersiapkan beras kurang lebih 10 kg, daging ayam 3 kg, ikan tongkol 3 ekor.
Sedangkan untuk sayuran Mbak Min menyiapkan sayur-mayur segar yang dia dapatkan
di pasar Tente. Dalam sehari Mbak Min hanya mampu mendapatkan omzet maksimal
Rp. 400.000.
“Omzet yang saya dapat per hari tidak menentu mas, karena
harga yang patok berkisar dari Rp.3.000 sampai Rp. 5.000 ke atas per porsinya.
Kalau banyak yang beli dengan porsi Rp.5.000 ke atas saya bisa dapat omzet Rp.
400.000 per harinya, tapi saya tetap mensyukuri berapapun yang saya dapat”
jelas Mbak Min.
Walaupun menu yang disiapkannya jarang dirubah, akan tetapi
pelanggan tidak merasa bosan dengan nasi campur jualan Mbak Min. Terbukti
setiap harinya nasi campur Mbak Min tetap sajaramai pengunjung.
Di akhir pertemuan Mbak Min menyampaikan rasa syukur dan dia
selalu berdo’a untuk kedapa Allah SWT agar selalu diberikan kesehatan. Agar dia
terus bisa berusaha untuk bisa membiayai kuliah dua anaknya yang belum jadi
sarjana.
Mbak Min adalah representasi dari perempuan yang kuat, penuh
kesabaran menghadapi tantangan hidup, ulet tanpa mengeluh. Di saat kesulitan
hidup melanda tidak jarang orang mengambil jalan pintas untuk meraih kekayaan
harta, seperti umum terjadi di tengah lingkungan sekitarnya. Akan tetapi Mbak Min
tetap saja di jalur yang diridhoi yaitu mencari nafkah dengan cara yang halal.
Dengan dinamika kehidupan yang dia alami, Mbak Min konsisten
berjuang untuk mencetak generasi penerus yang berilmu. Yang kelak bisa
memberikan kebanggan untuk kedua orang tua dan bermanfaat untuk keluarga dan
lingkungannya.
Keteguhan, keuletan, keasabaran, bersyukur dan istiqomah
serta terus berharap kepada yang Maha Kuasa tentunya pasti akan berbuah
kebaikan. (SK.OPK)
0 komentar:
Posting Komentar