Nurjanah Saat Menunggui Tokonya |
KM. Salaja Kampo ---- Gigih, itulah
yang bisa menggambarkan keseharian Nurjanah, 33 tahun bersama suaminya Ibrahim,
45 tahun, pemilik toko grup Telur Jaya. Keduanya mengawali usaha dengan
berjualan telur rebus, dan menjadi buruh toko. Berikut kisahnya oleh Salaja Kampo.
Siapa
sangka, pemilik tiga toko Telur Jaya ini pernah menjadi buruh pasar dan pernah
berjualan telur rebus. Jana dan Bram, sapaan akrab mereka, merintis usaha menjadi
pedangan kecil-kecilan sejak 1996 silam. Saat itu, Jana yang baru dinikahi Bram
harus menjalani kehidupan dengan berjualan telur keliling. Sementara sang
suami, menjadi buruh di pasar Tente Kecamatan Woha.
Cerita
keberhasilan pengusaha muda kelahiran 1976 ini tidak terlepas dari kegigihannya
dalam bekerja. Saat memulai usaha, Jana hanya memiliki waktu 3 jam setiap hari
untuk beristirahat. Sisanya, dia harus meluangkan waktu untuk menjajakan telur
jualannya ke warga.
Dari
keuntungan menjual telur tersebut, Nurjanah mensiasati untuk menambah modal jualannya.
Setiap hari, telur jualan Nurjanah selalu bertambah. Hingga berhasil
mengembangkan usaha dengan berjualan sembako lain dari keuntungan telur
tersebut.
Meski usahanya
terus meningkat, namun berbagai persoalan terus menghinggapi mereka. Usaha yang
dibangun Jana dan suaminya selalu menjadi sorotan para tetangga. Bahkan, mereka
pernah digosipkan memiliki ilmu gaib untuk melariskan jualan.
Ironisnya, kesuksesan
kedua pasutri ini selalu dilecehkan oleh keluarga Bram. Sehingga, persaingan
usaha antara kedua keluarga pun terus terjadi. Padahal, kedua keluarga ini
hidup bersama dalam satu pekarangan rumah.
“Suami saya
menginginkan agar kami mencari tempat tinggal lain. Tapi saya terus berusaha
menenangkan suami agar tetap tegar mengadapi persoalan itu. Karena saya tidak
ingin ada perpecahan antara kita,” urai Nurjanah.
Saat
merintis usaha, ibu lima anak ini mengaku sering mendapat ejekan dari tetangga.
Terlebih ketika mereka membangun rumah panggung dan membeli televisi. “Saat
membeli TV, bos suami saya datang ke rumah dan menanyakan uang pembelian TV itu
dari mana. Mungkin dia mengira kalau suami saya mengambil isi tokonya,” kenang
perempuan asal Sape ini.
Ejekan tersebut
sempat membuat suaminya pesimis dan memilih keluar dari pekerjaannya sebagai
buruh pasar di toko. Namun, sang istri yang tegar menjalani cobaan ini, terus
menenangkan sang suami.
Sindiran dan
cemo’ohan yang diterima, menjadikan motivasi bagi mereka untuk terus bekerja. Keduanya
selalu kompak dalam bekerja, terlebih saat mereka membeli benhur. “Suami saya
keluar dari kerjaannya dan membantu saya berjualan telur dengan menggunakan
benhur, (Delman, red),” katanya.
Kerja keras
keduanya ternyata tidak sia-sia. Di awal 2013 lalu, pasangan suami istri ini
membangun dua toko lagi di bilangan jalan baru Talabiu-Dore. Mereka menjual
seluruh keperluan rumah tangga. Bahkan, toko tersebut kini menjadi pusat
perbelanjaan bagi pedangan mikro.
Saat ini,
dua toko tersebut dikelola sendiri dan dibantu oleh 4 orang karyawannya.
Sedangkan omzet yang diperoleh Jana dan Bram selama sebulan, bisa mencapai Rp 1
Miliar. Dari hasil jualan telur itu, Jana dan Bram kini sudah membangun 3 rumah
mewah di Desa Nisa Kecamatan Woha.
Diantaranya,
merupakan rumah yang sempat ditempati oleh keduanya dan keluarga Bram saat
menjadi penjual telur. “Kami sudah bayar semua lahan itu, dan sudah membangun
rumah,” katanya.
Ditanya soal
pemberian nama toko tersebut, Jana mengaku diambil dari pengalaman saat
berjualan telur. Menurut dia, telur tidak bisa terlepas dari kehidupan mereka.
Karena awal usahanya adalah dari keuntungan telur. “Telur adalah awal usaha
kami sehingga bisa sesukses ini,” pungkasnya. (SK.Opk)
0 komentar:
Posting Komentar