Selasa, 25 Maret 2014

Nurjanah Saat Menunggui Tokonya
KM. Salaja Kampo ---- Gigih, itulah yang bisa menggambarkan keseharian Nurjanah, 33 tahun bersama suaminya Ibrahim, 45 tahun, pemilik toko grup Telur Jaya. Keduanya mengawali usaha dengan berjualan telur rebus, dan menjadi buruh toko. Berikut kisahnya oleh Salaja Kampo.

Siapa sangka, pemilik tiga toko Telur Jaya ini pernah menjadi buruh pasar dan pernah berjualan telur rebus. Jana dan Bram, sapaan akrab mereka, merintis usaha menjadi pedangan kecil-kecilan sejak 1996 silam. Saat itu, Jana yang baru dinikahi Bram harus menjalani kehidupan dengan berjualan telur keliling. Sementara sang suami, menjadi buruh di pasar Tente Kecamatan Woha.
 
Cerita keberhasilan pengusaha muda kelahiran 1976 ini tidak terlepas dari kegigihannya dalam bekerja. Saat memulai usaha, Jana hanya memiliki waktu 3 jam setiap hari untuk beristirahat. Sisanya, dia harus meluangkan waktu untuk menjajakan telur jualannya ke warga. 
 
Dari keuntungan menjual telur tersebut, Nurjanah mensiasati untuk menambah modal jualannya. Setiap hari, telur jualan Nurjanah selalu bertambah. Hingga berhasil mengembangkan usaha dengan berjualan sembako lain dari keuntungan telur tersebut.
 
Meski usahanya terus meningkat, namun berbagai persoalan terus menghinggapi mereka. Usaha yang dibangun Jana dan suaminya selalu menjadi sorotan para tetangga. Bahkan, mereka pernah digosipkan memiliki ilmu gaib untuk melariskan jualan.
 
Ironisnya, kesuksesan kedua pasutri ini selalu dilecehkan oleh keluarga Bram. Sehingga, persaingan usaha antara kedua keluarga pun terus terjadi. Padahal, kedua keluarga ini hidup bersama dalam satu pekarangan rumah. 
 
“Suami saya menginginkan agar kami mencari tempat tinggal lain. Tapi saya terus berusaha menenangkan suami agar tetap tegar mengadapi persoalan itu. Karena saya tidak ingin ada perpecahan antara kita,” urai Nurjanah.
 
Saat merintis usaha, ibu lima anak ini mengaku sering mendapat ejekan dari tetangga. Terlebih ketika mereka membangun rumah panggung dan membeli televisi. “Saat membeli TV, bos suami saya datang ke rumah dan menanyakan uang pembelian TV itu dari mana. Mungkin dia mengira kalau suami saya mengambil isi tokonya,” kenang perempuan asal Sape ini.
 
Ejekan tersebut sempat membuat suaminya pesimis dan memilih keluar dari pekerjaannya sebagai buruh pasar di toko. Namun, sang istri yang tegar menjalani cobaan ini, terus menenangkan sang suami. 
 
Sindiran dan cemo’ohan yang diterima, menjadikan motivasi bagi mereka untuk terus bekerja. Keduanya selalu kompak dalam bekerja, terlebih saat mereka membeli benhur. “Suami saya keluar dari kerjaannya dan membantu saya berjualan telur dengan menggunakan benhur, (Delman, red),” katanya.
 
Kerja keras keduanya ternyata tidak sia-sia. Di awal 2013 lalu, pasangan suami istri ini membangun dua toko lagi di bilangan jalan baru Talabiu-Dore. Mereka menjual seluruh keperluan rumah tangga. Bahkan, toko tersebut kini menjadi pusat perbelanjaan bagi pedangan mikro. 
 
Saat ini, dua toko tersebut dikelola sendiri dan dibantu oleh 4 orang karyawannya. Sedangkan omzet yang diperoleh Jana dan Bram selama sebulan, bisa mencapai Rp 1 Miliar. Dari hasil jualan telur itu, Jana dan Bram kini sudah membangun 3 rumah mewah di Desa Nisa Kecamatan Woha. 
 
Diantaranya, merupakan rumah yang sempat ditempati oleh keduanya dan keluarga Bram saat menjadi penjual telur. “Kami sudah bayar semua lahan itu, dan sudah membangun rumah,” katanya.
 
Ditanya soal pemberian nama toko tersebut, Jana mengaku diambil dari pengalaman saat berjualan telur. Menurut dia, telur tidak bisa terlepas dari kehidupan mereka. Karena awal usahanya adalah dari keuntungan telur. “Telur adalah awal usaha kami sehingga bisa sesukses ini,” pungkasnya. (SK.Opk)

0 komentar:

Posting Komentar