Ilustrasi |
Kepala Desa
Renda, Drs. Rusdi menegaskan, suasana kedua desa baik-baik saja. Diakuinya,
kondisi kedua desa sempat tegang pada Senin lalu. Hal itu dipicu karena seorang
warga Renda menjadi korban pembacokan oleh oknum warga Ngali.
Meski
begitu, tidak lantas membuat warganya bertindak brutal. Apalagi melakukan
tindakan sweeping terhadap warga Ngali. “Pembukaan blokade jalan karena pihak
korban puas dengan kesepakatan itu,” ujar Kades saat ditemui di ruangannya, Selasa (11/3).
Dijelaskan, kades
dan warga Ngali bersedia menyerahkan pelaku paling lambat 7 hari. Intinya, kata
dia, keluarga korban akan kembali memblokir jalan bila pelaku belum diserahkan.
“Kemungkinan keluarga korban akan memblokir jalan lagi, bila Muslimin (pelaku,
red) tidak diserahkan tepat waktu,” ujarnya.
Kades juga
meminta tanggungjawab kepolisian terkait persoalan ini. Selain itu, polisi
diharapkan bisa melakukan upaya persuasive kepada keluarga korban dan warga
Ngali. “Kita tidak ingin adanya perselisihan, semoga kondisi ini bisa cepat
diatasi,” imbuhnya.
Seperti yang
diberitakan sebelumnya, pemblokiran jalan itu dilakukan oleh warga Desa Renda,
Senin (10/3) pagi. Pemblokiran itu dipicu aksi pembacokan terhadap warga
setempat oleh warga Ngali. Selain membacok korban, oknum warga Ngali juga
merampas telepon genggam milik korban.
Akibat pembacokan
itu, warga Desa Renda, Bustam alias Bu mengalami luka serius di lengan kanan. Hingga
kemarin, korban masih dirawat intensif di RSUD Bima. Kondisi tersebut sempat
membuat kedua kubu warga yang bertetanggaan ini tegang.
Namun, adanya
kesepakatan antara kedua kubu, sehingga pemblokiran jalan pun dibuka kembali. Senin
sore sekitar pukul 17.00 wita, warga dan kades di dua desa dibantu aparat
kepolisian langsung membuka blokade jalan.(SK. Edo)
0 komentar:
Posting Komentar