Ketua KPUD Kab. Bima |
KM. Salaja Kampo—Ketua KPU
Kabupaten Bima, Siti Nur Susilawati SIP ternyata pernah menjadi wartawan.
Perempuan kelahiran Desa Kananga Kecamatan Bolo, 7 September 1973 ini, memulai
karir menjadi wartawan sejak duduk di bangku kuliah. Susila hanya membutuhkan
waktu dua tahun menjadi wartawan untuk menggapai kesuksesan karir seperti saat
ini.
“Awal karir
menjadi wartawan di Jogja Post selama 2 tahun,” ujar Susila saat ditemui
diruang kerjanya, Rabu (12/3).
Alumni
Universitas Muhammadiyah Jogjakarta ini, juga pernah menjadi pimpinan redaksi
Rinjani Post. Setahun menjadi pimred, perempuan beralis lentik ini dipilih
menjadi anggota komisioner KPU Kabupaten Bima pada tahun 2003. “Saat itu saya
langsung ditempatkan di divisi logistik,” urainya.
Saat
pemilukada 2010, KPU Kabupaten Bima digoncangkan dengan isu tidak sedap.
Sehingga memaksa Ketua Komisioner KPU saat itu Ahmad Yasin dilengserkan. Pada
2011, Susila kemudian dipercayakan untuk mengganti Ketua KPU nonaktif sampai
tahun 2013.
Ditunjuknya
Susila sebagai ketua KPU, tidak lantas membuat beberapa kalangan merespon baik.
Kepemimpinannya sempat dikhawatirkan oleh sebagian politisi. Namun kesungguhan
perempuan lajang ini mampu membuktikan etos kerjanya ke khalayak umum.
Meski
jabatan sebagai Ketua KPU sudah berakhir tahun lalu, namun kerja keras dan dedikasi
yang tinggi membuatnya kembali dipilih menjadi Ketua KPU periode 2014-2019.
Kerjaan yang cukup padat membuatnya tidak bisa meluangkan waktu yang cukup buat
keluarga. Bahkan, ia harus menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam.
Susila hanya
bertemu Ibunda tercinta Hj. Hawsah saat shalat Subuh saja. Selepas itu,
perempuan tiga bersaudara ini harus kembali menjalankan aktivitas. Kegigihan
yang ditunjukkan Susila semata-mata untuk memperbaiki citra KPU yang sempat
tercoreng pada Pemilukada 2010 lalu. “Ini adalah amanah, sebisa mungkin saya
harus memperbaiki image KPU,” tandasnya.
Kecaman
terhadap KPU pada Pemilu 2010 menjadi motivasi tersendiri bagi Susila. Untuk
itu dia bertekad menyukseskan penyelenggaraan pemilu dengan jujur dan adil. “Menghapus
asumsi buruk masyarakat tentang KPU, itu adalah tekad saya,” tegasnya.
Agar bisa
menciptakan demokrasi yang sukses, sudah banyak upaya yang dilakukan.
Diantaranya, meningkatkan koordinasi dengan masyarakat maupun parpol peserta
pemilu. Apalagi, kata dia, Kabupaten Bima merupakan daerah yang diklaim memiliki
potensi ricuh yang tinggi. “Kata orang wilayah kita merupakan zona merah yang
kerap berpotensi terjadi kericuhan,” ujarnya.
Menurut
Susila, asumsi tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkannya. Kata
dia, Kabupaten Bima adalah wilayah yang mengedanpakan azas kekeluargaan. “Selagi
kita manjalankan tugas dengan baik, tentu asumsi ini tidak akan pernah melekat
di Kabupaten Bima,” pungkasnya.(SK.Edo)
0 komentar:
Posting Komentar