Rabu, 12 Maret 2014

Ketua KPUD Kab. Bima
KM. Salaja Kampo—Ketua KPU Kabupaten Bima, Siti Nur Susilawati SIP ternyata pernah menjadi wartawan. Perempuan kelahiran Desa Kananga Kecamatan Bolo, 7 September 1973 ini, memulai karir menjadi wartawan sejak duduk di bangku kuliah. Susila hanya membutuhkan waktu dua tahun menjadi wartawan untuk menggapai kesuksesan karir seperti saat ini.
 
“Awal karir menjadi wartawan di Jogja Post selama 2 tahun,” ujar Susila saat ditemui diruang kerjanya, Rabu (12/3).
 
Alumni Universitas Muhammadiyah Jogjakarta ini, juga pernah menjadi pimpinan redaksi Rinjani Post. Setahun menjadi pimred, perempuan beralis lentik ini dipilih menjadi anggota komisioner KPU Kabupaten Bima pada tahun 2003. “Saat itu saya langsung ditempatkan di divisi logistik,” urainya.
 
Saat pemilukada 2010, KPU Kabupaten Bima digoncangkan dengan isu tidak sedap. Sehingga memaksa Ketua Komisioner KPU saat itu Ahmad Yasin dilengserkan. Pada 2011, Susila kemudian dipercayakan untuk mengganti Ketua KPU nonaktif sampai tahun 2013.
 
Ditunjuknya Susila sebagai ketua KPU, tidak lantas membuat beberapa kalangan merespon baik. Kepemimpinannya sempat dikhawatirkan oleh sebagian politisi. Namun kesungguhan perempuan lajang ini mampu membuktikan etos kerjanya ke khalayak umum. 
 
Meski jabatan sebagai Ketua KPU sudah berakhir tahun lalu, namun kerja keras dan dedikasi yang tinggi membuatnya kembali dipilih menjadi Ketua KPU periode 2014-2019. Kerjaan yang cukup padat membuatnya tidak bisa meluangkan waktu yang cukup buat keluarga. Bahkan, ia harus menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam.
 
Susila hanya bertemu Ibunda tercinta Hj. Hawsah saat shalat Subuh saja. Selepas itu, perempuan tiga bersaudara ini harus kembali menjalankan aktivitas. Kegigihan yang ditunjukkan Susila semata-mata untuk memperbaiki citra KPU yang sempat tercoreng pada Pemilukada 2010 lalu. “Ini adalah amanah, sebisa mungkin saya harus memperbaiki image KPU,” tandasnya.
 
Kecaman terhadap KPU pada Pemilu 2010 menjadi motivasi tersendiri bagi Susila. Untuk itu dia bertekad menyukseskan penyelenggaraan pemilu dengan jujur dan adil. “Menghapus asumsi buruk masyarakat tentang KPU, itu adalah tekad saya,” tegasnya.
 
Agar bisa menciptakan demokrasi yang sukses, sudah banyak upaya yang dilakukan. Diantaranya, meningkatkan koordinasi dengan masyarakat maupun parpol peserta pemilu. Apalagi, kata dia, Kabupaten Bima merupakan daerah yang diklaim memiliki potensi ricuh yang tinggi. “Kata orang wilayah kita merupakan zona merah yang kerap berpotensi terjadi kericuhan,” ujarnya.
 
Menurut Susila, asumsi tersebut berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkannya. Kata dia, Kabupaten Bima adalah wilayah yang mengedanpakan azas kekeluargaan. “Selagi kita manjalankan tugas dengan baik, tentu asumsi ini tidak akan pernah melekat di Kabupaten Bima,” pungkasnya.(SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar