Dr. Ibnu Khaldun, M.Si |
KM. Salaja Kampo—Sudah
beberapa bulan Bupati Bima Drs H Syafruddin HM Nur M.Pd memimpin Kabupaten Bima.
Sebagai pemimpin transisi pengganti H Ferry Zulkarnaen ST, belum banyak tanda
reformasi yang dilaksaanakan.
Direktur
Central for Election and Political Party (CEPP) STKIP Taman Siswa Bima Dr. Ibnu
Khaldun M.Si mengingatkan Bupati agar segera melakukan pembenahan. Menurut dia, saat
ini Bupati cenderung fokus pada perbaikan penciteraan. Selain itu, melakukan
upaya pengamanan posisi pada Pemilukada 2015 mendatang.
“Hal itu
bisa dilihat dari sejumlah orang yang dipasang pada sejumlah jabatan strategis
atau posisi lain di pemerintahan yang dipimpin,” sorot Ibnu.
Sebagai
lembaga yang memperkuat demokrasi, CEPP ini mendorong agar Bupati menyeleksi
pejabat sesuai kemampuan. Ibnu meminta Bupati untuk segera membangun system dalam
pembenahan demokrasi.
“UU sudah
memberi wewenang agar dalam rekrutmen pejabat, harus berdasarkan kemampuan
pejabat. Dan bukan berdasarkan kedekatan emosional,” tandasnya.
Kata Ibnu,
mutasi, demosi, degradasi atau promosi pejabat lingkup Kabupaten Bima baru
terlaksana secara prosedural saja. Bahkan bisa diidentifikasi hanya 10-15
persen masih salah penempatan. Padahal, mestinya sistem rekrutmen pejabat harus
diawali indikator yang jelas, sesuai
rekam jejak.
“Saat ini aromanya
menggunakan orang-orang yang bisa mengamankan posisinya saja,” ujar pria yang
juga sebagai ketua kampus STKIP Tamsis Bima ini.
Dijelaskannya,
mutasi dan degradasi jabatan merupakan hal biasa. Namun tetap harus didasari
indikator yang jelas. Stigma bahwa jabatan
berasal dari orang-orang bisa
diminialisasi jika saja Bupati membangun sistem bagus.
“Pemerintahan
sekarang masih berjalan agak lambat,
karena memikirkan stabilitas dan kepentingan kekuasaan politik pada
2015,” katanya.
Menurut
Ibnu, Bupati baru bisa dikatakan mampu melaksanakan sistim pemerintahan, tergantung
dari impelementasi tugas pokok birokrasi. Yakni melaksankan fungsi regulasi,
pemberdayaan dan melayani masyarakat. Hal
ini dapat diukur dari penggunaan dana APBD.
Katanya, belanja
dana APBD sekarang masih didominasi untuk belanja aparatur. Terobosan ini yang
mesti dilakukan Bupati sekarang. Tidak berpikir untuk 2015, tapi percepatan
pembangunan, karena Kabupaten Bima masih termasuk daerah tertinggal.
“Untuk APBD,
belanja aparatur sebanyak 77 persen. Sedangkan belanja publik hanya 23 persen.
Padahal, seharusnya belanja publik lebih banyak dari belanja aparatur,”
sebutnya.
Meski begitu,
isyarat Bupati melaksanakan pembangunan seperti jembatan Lewa Mori merupakan
hal positif yang harus diwujudkan. Ibnu menilai, masa kekuasaan empat tahun umumnya
dimanfaatkan Kepala Daerah untuk memperbaiki citra dan mengamankan posisi.
Latar belakang
Bupati Bima yang berasal dari akademisi dan pengusaha merupakan modal bagus untuk
berpikir analisis dan cepat. Hal itu harus mampu diwujudkan dalam sistem
pemerintah.
“Kepemimpinan
H. Syafruddin bisa dibilang sukses karena tidak diwarnai dinamika dan gejolak
sosial. Berbeda bila dibandingkan saat proses pergantian Kepala Daerah di
wilayah lain. Kepercayaan masyarakat itu harus dijaga dengan mewujudkan
regulasi,” tuntasnya.(edo)
0 komentar:
Posting Komentar