Rusli dan Kakanya Aisyah |
KM. Salaja Kampo---Rusli, 35 tahun Warga Desa Cenggu Kecamatan Belo
merupakan salah satu diantara sekian banyak pengusaha batu bata merah yang ada
di wilayah perbatasan Desa Runggu dan Desa Cenggu. Usaha pembuatan batu bata
merah yang ia tekuni bersama kakaknya itu, sudah berlangsung sejak tahun 2005
silam.
Selama
tujuh tahun menjadi pengusaha batu bata, Rusli tidak pernah merasa lelah untuk
menghidupi keluarganya. Anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD),
merupakan penyuntik se
mangat baginya untuk banting tulang mencari nafkah,
dengan harapan bisa menyekolahkan anak
semata wayangnya tersebut.
Usaha
pembuatan batu bata itu diakui Rusli memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang
ekstra. Bahkan, ia tidak bisa tidur saat proses pembakaran bata itu berlangsung.
“Selama proses pembakaran bata yang memakan waktu 10 hari itu, saya tidak
pernah tidur kalau malamnya. Karena harus memperhatikan dan memantau api yang besar
dan bisa saja mati mendadak,” akunya saat ditemui Salaja Kampo, Senin (24/3).
Dikatakannya,
hal terberat yang dialami, saat hujan tiba-tiba datang pada saat ia melakukan
proses pembakaran bata. Hal tersebut dirasakan Rusli pada Kamis (20/3) dini
hari kemarin saat hujan yang tiba-tiba datang. Apalagi, lanjutnya, bata
miliknya baru saja dibakar 8 jam sebelum hujan turun. Sehingga membuatnya resah
dan bekerja keras untuk bisa menyelamatkan batu bata miliknya.
“Hujan
yang turun tadi malam (Kamis dini hari, red) membuat saya kewalahan untuk
mencari cara agar bisa menyelamatkan bata yang baru saja saya bakar itu,” keluhnya.
Untuk mengamankan bata yang baru dibakar pada Rabu sore sekitar pukul 17.00
Wita itu, ia menggunakan jerami dan tarpal untuk melapisi bata tersebut.
Bagi
Rusli, hujan memerupakan momok menakutkan saat proses pembakaran batu bata berlangsung.
Kata dia, hujan dapat mempengaruhi jumlah bata yang akan dibakar. “Tahun ini, baru
kali ini saya membakar bata, selama ini dipengaruhi oleh cuaca yang tidak
menentu. Sehingga proses pembakaran ditunda terus,” ujarnya.
Rusli
tidaklah sendiri, kakaknya Aisyah 35 tahun selalu ada membantunya di saat ia butuhkan.
Baik tenaga maupun biaya modal untuk Rusli pun ditalangi oleh kakaknya. Dalam
sekali proses pembakaran bata, Rusli hampir mengocek kantong sebanyak Rp. 3
juta. Itupun hanya 1000 biji bata yang ia bakar. “Untuk pembelian kayu dua truk
sebesar Rp. 1.400 ribu, belum lagi pembelian 100 karung kulit padi sebesar Rp.
700 ribu dan ditambah operasional seperti sewa tanah, sudah hampir 3 juta biaya
yang dikeluarkan,” sebut Rusli.(SK.Edo)
0 komentar:
Posting Komentar