Kamis, 20 November 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo-Para petani di Desa Nata Kecamatan Palibelo mengeluhkan anjoknya harga kacang kedelai pasca panen beberapa waktu lalu. Harga kacang kedelai sebelum panen, berkisar antara Rp. 700 ribu hingga Rp 800 ribu per 100 kilogramnya. Namun, saat ini harga kedelai mengalami penurunan hingga Rp. 250 ribu per 100 kilogramnya. 

Kondisi ini membuat beberapa petani meradang. Para petani kecewa dan bahkan membuang hasil panen mereka. Para petani mengaku lebih rela membuang dan merusak hasil panen mereka dari pada menjualnya ke tengkulak dengan harga rendah.

Demikian diungkapkan seorang petani Desa Nata, Sulaiman. Dia menduga ada permainan dikalangan tengkulak hingga harganya mengalami penurunan yang signifikan. Menurut dia, harga yang ditawarkan tengkulak tidak sebanding dengan biaya tanam mereka selama ini.

“Masa harga kedelai segitu, biaya tanam aja tidak segitu. Mending saya buang, dari pada diambil oleh tengkulak,” ujarnya.

Dikatakan, selama ini harga kedelai relatif stabil dengan Rp. 700 ribu per 100 kilogramnya. Dia mengaku sakit hati dengan tawaran tengkulak dengan harga yang tidak sesuai bobot kadelei. “Harganya tidak masuk akal. Padahal biaya tanam hingga menjelang panen sangat besar,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan Muhidin. Dia mengaku kecewa dengan tawaran tengkulak untuk membayar kacang kadelei miliknya dengan harga Rp. 250 ribu. Sebelumnya dia tidak menyangka harga kacang kedelei merosot. 

“Harga kadelei selama ini terus merosot saat musim panen. Tapi sebelum panen, harganya cukup tinggi. Hal ini membuat kami kecewa, karena kurangnya pengawasan dari pihak terkait,” jelasnya.

Para petani ini mendesak pemerintah setempat menengok nasib mereka dan membantu meringankan penderitaan mereka. Sebab, biasanya harga yang terendah selama ini yang mereka jual berkisar antara Rp. 500 ribu hingga . ribu per 100 kilogramnya. Namun kini merosot dan paling banter dengan harga Rp 300 ribu. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar