Senin, 02 Februari 2015

KM. Salaja Kampo-Kondisi 10 lokal Ruang Kelas Belajar (RKB) di SMPN 1 Palibelo sangat memprihatinkan dan tidak layak pakai. Selain atap yang mulai amblas, plafon dan kondisi fisik bangunan tersebut sudah rapuh termakan usia. Dan sewaktu-waktu mengancam aktivitas KBM di sekolah.
Dua diantara bangunan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi. Sementara sejumlah ruangan lainnya masih rusak berat. Disamping itu, meblair sekolah juga sudah banyak yang rusak, namun masih bisa dimanfaatkan atas sokongan dari dana BOS.
Kerusakan 10 lokal ruangan tersebut sudah lama terjadi. Tapi belum ada perhatian serius dari pemerintah untuk membantu memperbaikinya selama 6 tahun terakhir. Akibatnya, proses pembelajaran para siswa harus dipersempit dalam satu ruangan agar RKB bisa mencukupi.
Kepala SMPN1 Palibelo H. Makhruf .SPd mengatakan, dua ruangan yang tidak terpakai tersebut membuat pihaknya kesulitan mengatur jadwal belajar. Sekolah terpaksa menggabungkan siswa kelas IX menjadi empat kelas.
“Kondisi ini sudah berlangsung lama. Delapan lokal bangunan tampak depan ini merupakan bangunan tua dan perlu diperbaiki secara total. Selain itu, dua lokal RKB terpaksa kita kosongkan karena kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk digunakan,” ujarnya, Senin (2/2/15).
Dijelaskan, kondisi tersebut disebabkan karena atap bangunan yang sudah mulai amblas. Disamping itu, sejumlah bangunan yang rusak masih menggunakan genteng. Sehingga beban atap semakin berat dan membuat beberapa bagian atap mengalami kerusakan serius.
Menurut kasek, kondisi tersebut diperparah oleh curah hujan yang tinggi. Sebab, genteng yang sudah tua itu terisi oleh air hujan dan menambah beban atap bangunan. Akibatnya, genteng pun jatuh dan merusak beberapa plafon dengan diameter 2x4 meter.
Kondisi tersebut praktis membuat KBM terganggu dan mengancam keselamatan siswa dan guru di kelas. “Apalagi saat ini sudah musim hujan. Otomatis hujan akan masuk ke ruangan belajar karena gentengnya bocor. Kalau terjadi insiden saat KBM berlangsung, siapa yang mau bertanggungjawab kalau bukan sekolah,” tuturnya.
Meski kondisi bangunan sudah rusak parah, namun antusias siswa dan guru untuk mengikuti KBM tetap tinggi. Pasalnya, mereka sudah tidak memiliki ruangan lain untuk proses belajar mengajar. Para siswa pun harus rela belajar dengan kondisi atap yang bocor.
“Mau gimana lagi, kita tidak punya pilihan. Karena sudah terlalu banyak ruangan yang rusak berat dan atapnya sudah bocor. Tapi kami apresiasi semangat belajar siswa yang tetap belajar dengan kondisi bangunan yang sudah memprihatinkan ini,” katanya.
Mantan kepala SMPN 5 Palibelo ini mengaku tetap memperbaiki secara bertahap bangunan tersebut. Namun karena kondisinya tidak bisa diperbaiki setengah-setengah sehingga berakibat pada kerusakan yang lain. “Rawat ringan dengan anggaran BOS tetap kita lakukan. Tapi karena kondisinya memang sudah parah mau bilang apa,” akunya.
Dia berharap agar pemerintah bisa memperhatikan sekolah tersebut agar para siswa bisa belajar dengan aman dan nyaman. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar