KM. Salaja Kampo-Kondisi 10 lokal Ruang Kelas Belajar (RKB)
di SMPN 1 Palibelo sangat memprihatinkan dan tidak layak pakai. Selain
atap yang mulai amblas, plafon dan kondisi fisik bangunan tersebut sudah
rapuh termakan usia. Dan sewaktu-waktu mengancam aktivitas KBM di
sekolah.
Dua diantara bangunan tersebut sudah tidak bisa
digunakan lagi. Sementara sejumlah ruangan lainnya masih rusak berat.
Disamping itu, meblair sekolah juga sudah banyak yang rusak, namun masih
bisa dimanfaatkan atas sokongan dari dana BOS.
Kerusakan 10 lokal
ruangan tersebut sudah lama terjadi. Tapi belum ada perhatian serius
dari pemerintah untuk membantu memperbaikinya selama 6 tahun terakhir.
Akibatnya, proses pembelajaran para siswa harus dipersempit dalam satu
ruangan agar RKB bisa mencukupi.
Kepala SMPN1 Palibelo H. Makhruf
.SPd mengatakan, dua ruangan yang tidak terpakai tersebut membuat
pihaknya kesulitan mengatur jadwal belajar. Sekolah terpaksa
menggabungkan siswa kelas IX menjadi empat kelas.
“Kondisi ini
sudah berlangsung lama. Delapan lokal bangunan tampak depan ini
merupakan bangunan tua dan perlu diperbaiki secara total. Selain itu,
dua lokal RKB terpaksa kita kosongkan karena kondisinya sudah tidak
memungkinkan untuk digunakan,” ujarnya, Senin (2/2/15).
Dijelaskan,
kondisi tersebut disebabkan karena atap bangunan yang sudah mulai
amblas. Disamping itu, sejumlah bangunan yang rusak masih menggunakan
genteng. Sehingga beban atap semakin berat dan membuat beberapa bagian
atap mengalami kerusakan serius.
Menurut kasek, kondisi tersebut
diperparah oleh curah hujan yang tinggi. Sebab, genteng yang sudah tua
itu terisi oleh air hujan dan menambah beban atap bangunan. Akibatnya,
genteng pun jatuh dan merusak beberapa plafon dengan diameter 2x4 meter.
Kondisi
tersebut praktis membuat KBM terganggu dan mengancam keselamatan siswa
dan guru di kelas. “Apalagi saat ini sudah musim hujan. Otomatis hujan
akan masuk ke ruangan belajar karena gentengnya bocor. Kalau terjadi
insiden saat KBM berlangsung, siapa yang mau bertanggungjawab kalau
bukan sekolah,” tuturnya.
Meski kondisi bangunan sudah rusak
parah, namun antusias siswa dan guru untuk mengikuti KBM tetap tinggi.
Pasalnya, mereka sudah tidak memiliki ruangan lain untuk proses belajar
mengajar. Para siswa pun harus rela belajar dengan kondisi atap yang
bocor.
“Mau gimana lagi, kita tidak punya pilihan. Karena sudah
terlalu banyak ruangan yang rusak berat dan atapnya sudah bocor. Tapi
kami apresiasi semangat belajar siswa yang tetap belajar dengan kondisi
bangunan yang sudah memprihatinkan ini,” katanya.
Mantan kepala
SMPN 5 Palibelo ini mengaku tetap memperbaiki secara bertahap bangunan
tersebut. Namun karena kondisinya tidak bisa diperbaiki
setengah-setengah sehingga berakibat pada kerusakan yang lain. “Rawat
ringan dengan anggaran BOS tetap kita lakukan. Tapi karena kondisinya
memang sudah parah mau bilang apa,” akunya.
Dia berharap agar pemerintah bisa memperhatikan sekolah tersebut agar para siswa bisa belajar dengan aman dan nyaman. (SK.Edo)
0 komentar:
Posting Komentar