Sabtu, 14 Desember 2013



Jainul Arifin, S,PdI
Pemuda kelahiran 29 tahun lalu ini merupakan putra ke- 5 dari pasangan Usman (Alm) dan Ramlah. Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sederhana menjadikan Jainul Arifin yang akrab dipanggil Pak Jai ini tumbuh sebagai pribadi yang humanis dan bersahaja. 

Menyelesaikan pendidikan dasar sampai menengah atas di KecamatanWoha, Pak Jai kemudian melanjutkan studi Diploma-2 PGSD/MI pada Sekolah Tinggi Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Bima dan mendapatkan gelar kesarjanaannya di almamater yang sama pada Tahun 2009. Dari dulu Pak Jai memang sudah menjadi pemuda yang ‘berbeda’.

Dari setamat SMA dia sudah mulai ‘berkarya’ dengan dididirikan olehnya Tempat Pengajian Qur'an (TPQ) Nurul Ilmi di kediamannya, RT.02 RW.02 Dusun Karya Desa Nisa. Kini, ditambah dengan bekal pengetahuan agama yang ia dapat dari studi kesarjanaannya tersebut, Pak Jai menjadi sosok yang lebih religius dalam kesehariannya. Dibandingkan dengan pemuda seumurannya yang masih berasyik-masyuk menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermakna, Pak Jai hadir sebagai pemuda yang mampu memberikan sumbangsih positif dalam kegiatan sosial maupun keagamaan. TPQ yang diasuhnya sekarang menjadi semakin bernilai untuk warga sekitarnya. Tempat warga membina dan memupuk nilai-nilai islam dalam diri anak-anak mereka sebagai generasi muda mendatang, khususnya ilmu baca Al-Qur'an.

“TPQ ini merupakan wadah untuk mengaktualisasikan apa yang menjadi keinginan yang tertanam dalam diri saya,” kata Pak Jai Terpacu oleh niat baik yang sudah tertanam sejak masa SMA-nya itu, Pak Jai tak pernah bosan bergelut dengan rutinitasnya mengajar mengaji kepada anak-anak binaannya. Maka tak heran jika banyak apresiasi yang berhasil ia raih. Sebut saja, di tahun 2005 lalu Pak Jai mendapat kepercayaan menjadi seorang Da'i yang di SK-kan oleh Pemda Kabupaten Bima. Di tahun yang sama Pak Jai juga mendapatkan kepercayaan untuk mengajar di SDN Inpres Tente sebagai staf pengajar sukarela. Selain itu juga Pak Jai kerap kali mengisi acara pengajian di hajatan takziah warga sekitarnya dan bahkan berkhotbah jum'at di masjid.

“Alhamdulillah, di tahun 2005 saya merasa mendapatkan berkah yang luar biasa dan sekaligus tanggungjawab yang saya emban jadi bertambah selain sebagai Pembina TPQ Nurul Ilmi dan semoga ini menjadi nilai ibadah buat saya dan menginspirasi pemuda-pemuda lainnya.” Akunya bangga.
Menjadi seorang pembina TPQ dan Da'i sekaligus seorang pengajar di sekolah dengan gaji yang tidak seberapa, memang bukanlah sesuatu yang mudah untuk ditekuni. Tapi Pak Jai terus melangkah dengan keyakinanya untuk terus berperan dalam mengisi hidupnya dengan nilai-nilai amal bukan hanya karena materi semata. Di usia yang masih terbilang muda, Pak Jai sudah menyandang predikat tokoh pemuda dan bahkan tokoh agama di Desa Nisa sehingga tidaklah berlebihan jika Pak Jai dijadikan sosok yang pantas untuk diteladani oleh pemuda lainnya. 

Di era sekarang di bawah tekanan derasnya arus globalisasi banyak menjadikan pemuda-pemuda bermental ringkih dan rapuh. Moralitas generasi muda menjadi sasaran empuk yang terus-menerus diserang oleh pergolakan zaman dengan tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran. Ditambah lagi dengan merebaknya pragmatisme, yang mengagungkan nilai-nilai materialisme mengerek pemuda-pemuda ke arah hedonisme yang parah. Tidak sedikit pemuda dengan modal akademik yang sebenarnya belum mumpuni tampil dengan mengatasnamakan kebenaran dan keadilan padahal mereka hanyalah menawarakan sepenggal pragmatisme sesaat dan fana.


Di era seperti ini, Pak Jai hadir dengan mengambil posisi dalam pengabdian secara positif tanpa mengenal apa itu pragmatisme. Di usianya yang relatif masih muda dengan gejolak hormonal masa muda, Pak Jai mampu menjadi sosok pemuda dengan istiqomah terus berjalan di atas rel keyakinan yang luhur dalam geliat sosial keagamaan. (SK.Opk)

0 komentar:

Posting Komentar