Jainul Arifin, S,PdI |
Pemuda
kelahiran 29 tahun lalu ini merupakan putra ke- 5 dari pasangan Usman
(Alm) dan Ramlah. Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
sederhana menjadikan Jainul Arifin yang akrab dipanggil Pak Jai ini
tumbuh sebagai pribadi yang humanis dan bersahaja.
Menyelesaikan
pendidikan dasar sampai menengah atas di KecamatanWoha, Pak Jai
kemudian melanjutkan studi Diploma-2 PGSD/MI pada Sekolah Tinggi
Agama Islam Muhamadiyah (STAIM) Bima dan mendapatkan gelar
kesarjanaannya di almamater yang sama pada Tahun 2009. Dari dulu Pak
Jai memang sudah menjadi pemuda yang ‘berbeda’.
Dari
setamat SMA dia sudah mulai ‘berkarya’ dengan dididirikan olehnya
Tempat Pengajian Qur'an (TPQ) Nurul Ilmi di kediamannya, RT.02 RW.02
Dusun Karya Desa Nisa. Kini, ditambah dengan bekal pengetahuan agama
yang ia dapat dari studi kesarjanaannya tersebut, Pak Jai menjadi
sosok yang lebih religius dalam kesehariannya. Dibandingkan dengan
pemuda seumurannya yang masih berasyik-masyuk menghabiskan waktu
untuk hal-hal yang kurang bermakna, Pak Jai hadir sebagai pemuda yang
mampu memberikan sumbangsih positif dalam kegiatan sosial maupun
keagamaan. TPQ yang diasuhnya sekarang menjadi semakin bernilai untuk
warga sekitarnya. Tempat warga membina dan memupuk nilai-nilai islam
dalam diri anak-anak mereka sebagai generasi muda mendatang,
khususnya ilmu baca Al-Qur'an.
“TPQ
ini merupakan wadah untuk mengaktualisasikan apa yang menjadi
keinginan yang tertanam dalam diri saya,” kata Pak Jai Terpacu oleh
niat baik yang sudah tertanam sejak masa SMA-nya itu, Pak Jai tak
pernah bosan bergelut dengan rutinitasnya mengajar mengaji kepada
anak-anak binaannya. Maka tak heran jika banyak apresiasi yang
berhasil ia raih. Sebut saja, di tahun 2005 lalu Pak Jai mendapat
kepercayaan menjadi seorang Da'i yang di SK-kan oleh Pemda Kabupaten
Bima. Di tahun yang sama Pak Jai juga mendapatkan kepercayaan untuk
mengajar di SDN Inpres Tente sebagai staf pengajar sukarela. Selain
itu juga Pak Jai kerap kali mengisi acara pengajian di hajatan
takziah warga sekitarnya dan bahkan berkhotbah jum'at di masjid.
“Alhamdulillah,
di tahun 2005 saya merasa mendapatkan berkah yang luar biasa dan
sekaligus tanggungjawab yang saya emban jadi bertambah selain sebagai
Pembina TPQ Nurul Ilmi dan semoga ini menjadi nilai ibadah buat saya
dan menginspirasi pemuda-pemuda lainnya.” Akunya bangga.
Menjadi
seorang pembina TPQ dan Da'i sekaligus seorang pengajar di sekolah
dengan gaji yang tidak seberapa, memang bukanlah sesuatu yang mudah
untuk ditekuni. Tapi Pak Jai terus melangkah dengan keyakinanya untuk
terus berperan dalam mengisi hidupnya dengan nilai-nilai amal bukan
hanya karena materi semata. Di usia yang masih terbilang muda, Pak
Jai sudah menyandang predikat tokoh pemuda dan bahkan tokoh agama di
Desa Nisa sehingga tidaklah berlebihan jika Pak Jai dijadikan sosok
yang pantas untuk diteladani oleh pemuda lainnya.
Di era sekarang di
bawah tekanan derasnya arus globalisasi banyak menjadikan
pemuda-pemuda bermental ringkih dan rapuh. Moralitas generasi muda
menjadi sasaran empuk yang terus-menerus diserang oleh pergolakan
zaman dengan tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran.
Ditambah lagi dengan merebaknya pragmatisme, yang mengagungkan
nilai-nilai materialisme mengerek pemuda-pemuda ke arah hedonisme
yang parah. Tidak sedikit pemuda dengan modal akademik yang
sebenarnya belum mumpuni tampil dengan mengatasnamakan kebenaran dan
keadilan padahal mereka hanyalah menawarakan sepenggal pragmatisme
sesaat dan fana.
Di era
seperti ini, Pak Jai hadir dengan mengambil posisi dalam pengabdian
secara positif tanpa mengenal apa itu pragmatisme. Di usianya yang
relatif masih muda dengan gejolak hormonal masa muda, Pak Jai mampu
menjadi sosok pemuda dengan istiqomah terus berjalan di atas rel
keyakinan yang luhur dalam geliat sosial keagamaan. (SK.Opk)
0 komentar:
Posting Komentar