KM. Salaja Kampo---Yusuf,
merupakan satu diantara para pahlawan Veteran di Bima. Seperti apa kondisi para
pejuang yang kini masih hidup, apakah mereka menikmati indahnya kemerdekaan, ataukah
mungkin malah terjajah dengan rezim dan elit politik? Berikut kisahnya bersama Edo Salaja Kampo.
Gugur dalam
perang adalah kehormatan. Bertahan dan hidup dalam menuntaskan peperangan
melawan penjajah adalah suatu kebanggaan. Itulah ungkapan yang dilontarkan para
pejuang negeri yang kini masih mengenyam masa tua.
Gelar
Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, nampaknya bukanlah suatu
kebanggaan bagi ribuan pejuang negeri yang kini masih hidup.
Meski diakui
bahwa kemerdekaan Indonesia diraih berkat perjuangan para laskar bersenjata
bangsa ini. Para pejuang rela mengorbankan air mata, darah bahkan nyawa demi
meraih kemerdekaan.
Pada 1945
silam, para pejuang berhasil mengusir penjajah yang membelenggu bangsa ini. Rintihan
hati selama 69 tahun tersebut masih membayangi hari-hari para pejuang negeri ini.
Mereka yang diberi gelar Veteran pembela kemerdekaan ini pun, nampaknya belum
sepenuhnya merdeka.
Hal itu disebabkan karena penghargaan atas jasa mereka kurang begitu diperhatikan oleh
pemerintah saat ini. Demikian dirasakan Yusuf M. Tahir, 90 tahun yang merupakan
seorang pejuang yang mendapat gelar Veteran.
Ditemui saat
upacara HUT RI di Kabupaten Bima, Yusuf mengaku tetap digaji oleh pemerintah.
Walaupun tidak banyak, dana kehormatan yang diberikan dirasa cukup untuk biaya
hidupnya. Sedangkan di sisi lain, anggota DPR/DPRD yang belum punya jasa
apa-apa terhadap bangsa, begitu duduk di kursi empuk langsung digaji puluhan
juta rupiah.
Warga asal
Kecamatan Soromandi ini mengaku baru-baru ini mendapat kenaikan gaji.
Sebelumnya, pria paruh baya ini hanya mendapat dana kehormatan sebesar 500 ribu
rupiah. “Alhamdulillah saat ini sudah naik dan cukup untuk biaya hidup,”
katanya.
Walau pemerintah
memberikan dana kehormatan, namun biaya itu tidak sebanding dengan perjuangan
mereka dalam mencapai kemerdekaan. Dana ini sangat kecil dibandingkan gaji
pembantu rumah tangga di kota-kota besar.
Meski
begitu, veteran yang memiliki 9 anak ini tetap bersyukur. “Ini sudah cukup
untuk belanja saya. Karena anak-anak saya sudah bisa mencari nafkah sendiri,”
ujarnya.
Yusuf juga
meminta supaya pemerintah menyediakan rumah khusus untuk para veteran.
Kondisinya, saat ini adalah rumah dinas hanya untuk pegawai aktif saja. Banyak
veteran yang tidak memiliki rumah, harus mengontrak di pinggir kali.
“Saya
beruntung karena sudah punya rumah sendiri. Tetapi bagaimana dengan teman-teman
veteran lain yang masih mengontrak, semoga mendapat perhatian serius dari pemerintah
pusat,” imbuhnya. (SK. Edo)
0 komentar:
Posting Komentar