Selasa, 19 Agustus 2014

Yusuf M. Tahir
KM. Salaja Kampo---Yusuf, merupakan satu diantara para pahlawan Veteran di Bima. Seperti apa kondisi para pejuang yang kini masih hidup, apakah mereka menikmati indahnya kemerdekaan, ataukah mungkin malah terjajah dengan rezim dan elit politik? Berikut kisahnya bersama Edo Salaja Kampo.

Gugur dalam perang adalah kehormatan. Bertahan dan hidup dalam menuntaskan peperangan melawan penjajah adalah suatu kebanggaan. Itulah ungkapan yang dilontarkan para pejuang negeri yang kini masih mengenyam masa tua. 
 
Gelar Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia, nampaknya bukanlah suatu kebanggaan bagi ribuan pejuang negeri yang kini masih hidup.
 
Meski diakui bahwa kemerdekaan Indonesia diraih berkat perjuangan para laskar bersenjata bangsa ini. Para pejuang rela mengorbankan air mata, darah bahkan nyawa demi meraih kemerdekaan.
 
Pada 1945 silam, para pejuang berhasil mengusir penjajah yang membelenggu bangsa ini. Rintihan hati selama 69 tahun tersebut masih membayangi hari-hari para pejuang negeri ini. Mereka yang diberi gelar Veteran pembela kemerdekaan ini pun, nampaknya belum sepenuhnya merdeka.
 
Hal itu disebabkan karena penghargaan atas jasa mereka kurang begitu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Demikian dirasakan Yusuf M. Tahir, 90 tahun yang merupakan seorang pejuang yang mendapat gelar Veteran.
 
Ditemui saat upacara HUT RI di Kabupaten Bima, Yusuf mengaku tetap digaji oleh pemerintah. Walaupun tidak banyak, dana kehormatan yang diberikan dirasa cukup untuk biaya hidupnya. Sedangkan di sisi lain, anggota DPR/DPRD yang belum punya jasa apa-apa terhadap bangsa, begitu duduk di kursi empuk langsung digaji puluhan juta rupiah.
 
Warga asal Kecamatan Soromandi ini mengaku baru-baru ini mendapat kenaikan gaji. Sebelumnya, pria paruh baya ini hanya mendapat dana kehormatan sebesar 500 ribu rupiah. “Alhamdulillah saat ini sudah naik dan cukup untuk biaya hidup,” katanya.
 
Walau pemerintah memberikan dana kehormatan, namun biaya itu tidak sebanding dengan perjuangan mereka dalam mencapai kemerdekaan. Dana ini sangat kecil dibandingkan gaji pembantu rumah tangga di kota-kota besar. 
 
Meski begitu, veteran yang memiliki 9 anak ini tetap bersyukur. “Ini sudah cukup untuk belanja saya. Karena anak-anak saya sudah bisa mencari nafkah sendiri,” ujarnya.
 
Yusuf juga meminta supaya pemerintah menyediakan rumah khusus untuk para veteran. Kondisinya, saat ini adalah rumah dinas hanya untuk pegawai aktif saja. Banyak veteran yang tidak memiliki rumah, harus mengontrak di pinggir kali. 
 
“Saya beruntung karena sudah punya rumah sendiri. Tetapi bagaimana dengan teman-teman veteran lain yang masih mengontrak, semoga mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat,” imbuhnya. (SK. Edo)

0 komentar:

Posting Komentar