Rabu, 24 September 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo-Sejumlah mahasiswa yang telah merampungkan tugas akademik di STKIP Taman Siswa Bima dalam waktu dekat akan diwisuda. Beberapa calon wisudawan setempat tidak lantas menerima wisuda dengan hati yang riang layaknya wisudawan di kampus lain. Justru, beberapa calon wisuda ini khawatir akan menjadi pengangguran pasca sarjana nanti. 
 
Seperti yang diungkapkan seorang calon wisudawan angkatan ke 7 STKIP Taman Siswa Bima, Subagio. Pria kelahiran Desa Cenggu Kecamatan Belo ini merasa was-was dan takut ketika diwisuda, dirinya tidak mendapatka pekerjaan.
 
Itu disebabkan karena beberapa pertimbangan. Antara lain, dikarenakan lapangan kerja saat ini yang semakin sempit. Disamping itu, akreditasi kampus yang belum mendukung dan ijazah yang dinilai belum diterima di instansi pemerintahan di luar daerah Bima. 
 
“Kami khawatir dengan ijazah ini. Karena beberapa alumni banyak yang mengeluhkan legalitasnya. Terutama saat melamar di luar daerah Bima, banyak ijazah alumni yang ditolak di beberapa instansi,” ungkap aktivis HMI ini.
 
Dia menilai, wisuda yang akan berlangsung tanggal 27 September mendatang akan menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Menurutnya, pihak kampus sendiri belum mampu mempertanggungjawabkan ijazah yang dikeluarkan.
 
“Ini menjadi masalah, karena selama ini belum ada upaya kampus dalam mempertanggungjawabkan ijazah tersebut. Akibatnya, ijazah yang dikeluarkan pun, banyak yang menolaknya terutama di wilayah Timur Indonesia,” terangnya. 
 
Lebih lanjut dia menyoroti eksistensi lembaga kampus dalam mengayomi alumninya. Kata dia, selama menwisuda mahasiswa dalam kurun waktu 7 tahun ini, belum ada instansi luar Bima yang menerima ijazah di kampus tersebut. 
 
“Entah apa masalahnya, tapi yang pasti beberapa alumni mengakui kalau ijazah ini belum bisa diterima oleh instansi di daerah lain. Hal ini semakin membuat kami ragu akan ijazah yang kami persoleh selama 4 tahun,” imbuhnya.
 
Sementara itu, pihak lembaga kampus setempat yang coba ditemui sedang tidak ada di tempat. Beberapa staf mengaku, pimpinan kampus sedang berada di luar daerah. “Pak Ibnu masih di Jakarta mas,” ujar seorang staf. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar