Mislah bersama anaknya |
KM. Salaja Kampo---Mencari
peruntungan di Negeri orang menjadi pilihan terakhir Mislah dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Namun siapa sangka, pilihan menjadi sorang TKW di salah satu
Negara di Timur Tengah tidak sesuai harapan. Seperti apa kisahnya? Berikut
penuturannya bersama Edo Salaja Kampo.
Mislah
Hasan, 30 tahun terpaksa meminta dipulangkan ke Indonesia karena sudah tak
sanggup menahan pilu. Pasalnya, selama empat tahun berkeja sebagai pembantu
rumah tangga, Mislah tidak pernah diupah oleh sang majikan.
Tenaga Kerja
Wanita (TKW) asal Desa Talabiu Kecamatan Woha ini dideportasi dari Aman
Jordania pada Minggu (21/9). Dia dipulangkan ke Indonesia karena selama
bekerja, tak sekalipun gajinya diberikan oleh sang majikan.
Tak itu
saja. Bahkan tak terhitung lagi Mislah diperlakukan kasar seperti dipukuli gara-gara
alasan yang tak jelas. Sudah sering kali ia diperlakukan secara tak manusiawi
dengan hanya dikasih jatah makan sekali sampai dua kali sehari.
Belum lagi
jika ada pekerjaan yang salah sedikit saja. Tubuh perempauan yang bertatus
janda ini kerap menjadi luapan emosi majikan. Bahkan dipukul dengan sepatu dan
beberapa benda keras lain.
“Saya
pertimbangkan kalau saya pertahankan terus seperti ini, saya tak dapat apa-apa.
Malah badan saya sakit semua karena kerap dipukuli. Makanya saya pilih pulang
saja, kerja apa adanya di Bima,” terang Mislah.
Saat dia
meminta gaji, sang majikan berbalik mengancam akan mempolisikan para pahlawan
devisa ini. Pasalnya, ia dituduh merusak beberapa fasilitas milik majikannya,
diantaranya adalah laptop.
“Saat
diminta gaji, alasannya pun sangat berbelit-belit. Bahkan mengancam akan
mempolisikan saya, karena telah merusak beberapa fasilitas yang ada di
rumahnya,” katanya, Selasa (23/9).
Dia mengaku
tidak disuruh pulang oleh majikannya. Namun Mislah beralasan bahwa anaknya
sedang sakit keras. Sehingga pihak kedutaan Indonesia untuk Aman Jordania
merekomendasikan Mislah untuk pulang. “Untungnya keluarga di Bima bisa
mengakal-akali majikan saya dengan mengirim foto anak saya yang sedang sakit,”
tuturnya.
Menurut dia,
gaji yang dijanjikan oleh majikan sebesar Rp 1.5 juta per bulan. Namun, yang
diperoleh hanya iming-iming saja. Karena sampai Mislah kembali ke Indonesia
tidak ada upah yang diterimanya.
“Hanya Rp. 5
juta saja yang dikasih selama saya bekerja di sana. Itupun dikasih saat saya
pulang untuk biaya transportasi. Sesampai di Bima, uang itu tinggal Rp 10 ribu,”
ujarnya.
Ironisnya
lagi, barang bawaan Mislah justru disita oleh pihak Bandara Soekarno Hatta.
Pihak bandara meminta uang kepada Mislah sebesar Rp 2 juta untuk tebusan.
Hingga kemarin, barang tersebut masih disita lantaran Mislah tidak mampu
membayar tebusan.
“Barang-barang
dan koper saya masih disita di Bandara Soekarno Hatta, karena saya sudah nggak
punya uang lagi untuk menebusnya,” imbuhnya. (SK.Edo)
0 komentar:
Posting Komentar