Selasa, 23 September 2014

Mislah bersama anaknya
KM. Salaja Kampo---Mencari peruntungan di Negeri orang menjadi pilihan terakhir Mislah dalam memenuhi kebutuhan hidup. Namun siapa sangka, pilihan menjadi sorang TKW di salah satu Negara di Timur Tengah tidak sesuai harapan. Seperti apa kisahnya? Berikut penuturannya bersama Edo Salaja Kampo.

Mislah Hasan, 30 tahun terpaksa meminta dipulangkan ke Indonesia karena sudah tak sanggup menahan pilu. Pasalnya, selama empat tahun berkeja sebagai pembantu rumah tangga, Mislah tidak pernah diupah oleh sang majikan. 
 
Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Desa Talabiu Kecamatan Woha ini dideportasi dari Aman Jordania pada Minggu (21/9). Dia dipulangkan ke Indonesia karena selama bekerja, tak sekalipun gajinya diberikan oleh sang majikan.
 
Tak itu saja. Bahkan tak terhitung lagi Mislah diperlakukan kasar seperti dipukuli gara-gara alasan yang tak jelas. Sudah sering kali ia diperlakukan secara tak manusiawi dengan hanya dikasih jatah makan sekali sampai dua kali sehari. 
 
Belum lagi jika ada pekerjaan yang salah sedikit saja. Tubuh perempauan yang bertatus janda ini kerap menjadi luapan emosi majikan. Bahkan dipukul dengan sepatu dan beberapa benda keras lain. 
 
“Saya pertimbangkan kalau saya pertahankan terus seperti ini, saya tak dapat apa-apa. Malah badan saya sakit semua karena kerap dipukuli. Makanya saya pilih pulang saja, kerja apa adanya di Bima,” terang Mislah.
 
Saat dia meminta gaji, sang majikan berbalik mengancam akan mempolisikan para pahlawan devisa ini. Pasalnya, ia dituduh merusak beberapa fasilitas milik majikannya, diantaranya adalah laptop.
 
“Saat diminta gaji, alasannya pun sangat berbelit-belit. Bahkan mengancam akan mempolisikan saya, karena telah merusak beberapa fasilitas yang ada di rumahnya,” katanya, Selasa (23/9).
 
Dia mengaku tidak disuruh pulang oleh majikannya. Namun Mislah beralasan bahwa anaknya sedang sakit keras. Sehingga pihak kedutaan Indonesia untuk Aman Jordania merekomendasikan Mislah untuk pulang. “Untungnya keluarga di Bima bisa mengakal-akali majikan saya dengan mengirim foto anak saya yang sedang sakit,” tuturnya.
 
Menurut dia, gaji yang dijanjikan oleh majikan sebesar Rp 1.5 juta per bulan. Namun, yang diperoleh hanya iming-iming saja. Karena sampai Mislah kembali ke Indonesia tidak ada upah yang diterimanya.
 
“Hanya Rp. 5 juta saja yang dikasih selama saya bekerja di sana. Itupun dikasih saat saya pulang untuk biaya transportasi. Sesampai di Bima, uang itu tinggal Rp 10 ribu,” ujarnya.
 
Ironisnya lagi, barang bawaan Mislah justru disita oleh pihak Bandara Soekarno Hatta. Pihak bandara meminta uang kepada Mislah sebesar Rp 2 juta untuk tebusan. Hingga kemarin, barang tersebut masih disita lantaran Mislah tidak mampu membayar tebusan. 
 
“Barang-barang dan koper saya masih disita di Bandara Soekarno Hatta, karena saya sudah nggak punya uang lagi untuk menebusnya,” imbuhnya. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar