Selasa, 08 Juli 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo--Untuk masuk di salah satu sekolah favorit di Kabupaten Bima ternyata tidak gampang. Terlebih bagi siswa yang tergolong miskin. Pasalnya, untuk masuk di sekolah yang terbilang favorit, seperti di SMA 1 Woha, para siswa ini harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Berikut Laporannya bersama Edo Salaja Kampo.

Kebahagiaan terpancar di raut wajah siswa saat diterima di SMA Negeri 1 Woha. Kebahagiaan ini ternyata hanya sesaat dirasakan para siswa dan wali murid. Karena di sekolah itu, para siswa harus membayar administrasi yang cukup mahal dan ribet. 
 
Melanjutkan pendidikan menengah di sekolah tersebut, tidak bisa hanya mengandalkan kepintaran calon siswa. Tanpa sejumlah uang dengan alasan uang pembangunan, baju seragam, dan sebagainya, jangan harap anak bisa bersekolah di sekolah ini.
 
Beberapa orangtua siswa menyatakan, pembayaran administrasi untuk pendaftaran ulang sangat membingungkan. Mereka diharuskan membayar biaya ini dan itu dalam jumlah yang tidak sedikit buat orangtua yang berpenghasilan pas-pasan. 
 
Demikian dirasakan seorang wali murid, Salahuddin kepada Salaja Kampo. Dia terpaksa menggadaikan barang berharga untuk menutupi biaya pendaftaran ulang tersebut. Di sekolah tersebut, biaya yang diperlukan untuk membayar biaya administrasi saja mencapai Rp.680 ribu.
 
“Biaya tersebut untuk membayar atribut sekolah sebanyak Rp.240 ribu, uang titipan komite R.p240 ribu. Dan yang mengherankan, adanya biaya peningkatan mutu sebesar Rp.200 ribu,” sebutnya. 
 
Menurut dia, sekolah saat ini bebas dari biaya apapun, alias gratis. Namun, kata dia, masih saja ditemukan adanya pungutan uang ini dan itu dari para siswa. “Salah satunya, pungutan dana peningkatan mutu sekolah. Padahal biaya itu sudah ada di dana BOS,” ujarnya.
 
Lebih lanjut dia menyoroti  pelaksanaan proyek revitalisasi di sekolah tersebut. Katanya, pembangunan lantai dua sekolah tersebut merupakan proyek peningkatan mutu sekolah. Selain itu, anggaran yang dikucurkan pemerintah pun tidak sedikit, yakni lebih dari 2 Miliar rupiah. “Kok kenapa harus ada lagi dana peningkatan mutu sekolah,” herannya.
 
Dikatakannya, pungutan di SMA ini, dianggap sah-sah saja. Terbukti, pungutan tersebut tidak pernah mendapat protes dari orangtua siswa maupun dinas terkait. 
 
“Dikpora seolah tutup mata dengan pungutan ini. Bahkan mungkin tidak tahu kalau sekolah ini menerapkan pungutan yang cukup merepokan kami,” sesalnya.
 
Menurutnya, pungutan dana peningkatan mutu pendidikan haruslah sejalan dengan prestasi sekolah. Kondisi tersebut, berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah lain yang lebih maju tanpa harus menarik dana ini dan itu. 
 
“SMA Negeri 1 Madapangga misalnya. Sekolah yang memiliki segudang prestasi itu tidak menunjukkan adanya pungutan seperti di SMA 1 Woha. Apalagi adanya pungutan dengan alasan peningkatan mutu,” sorotnya.
 
Dia menilai pihak sekolah terlalu serakah dengan mengeluarkan kebijakan tersebut. Penarikan uang peningkatan mutu dianggap salah sasaran. Menurut dia, realisasi dari uang tersebut belum diketahui akan dikemanakan. 
 
“Penggunaan biaya peningkatan mutu itu belum diketahui pasti akan diarahkan kemana oleh sekolah. Kita hanya mengikuti dan menyetor saja sejumlah uang itu,” katanya.
 
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) SMA Negeri 1 Woha, Muhammad S.Pd yang coba ditemui di ruangannya menolak diwawancara. Pelaksana tugas kepala sekolah ini tidak mau diganggu oleh wartawan. “Saya nggak punya waktu, langsung saja hubungi humas,” ujarnya singkat, Senin (7/7). 
 
Humas SMA 1 Woha, Yusuf S.E yang dikonfirmasi membenarkan adanya penarikan dana tersebut. Kata dia, uang itu untuk pembelian meblair sebanyak 6 ruang kelas yang baru dibangun. “Karena ada 6 kelas yang tidak memiliki meblair, sehingga nanti kita arahkan ke sana,” jelasnya.
 
Disinggung mengenai anggaran Rp. 2 M untuk revitalisasi peningkatan mutu terhadap 6 ruang kelas tersebut, Yusuf mengaku tidak tahu menahu. “MoU-nya yang tahu persis adalah pelaksana proyek, saya kurang faham soal itu. Kita hanya menjalankan kebijakan kasek,” tutupnya.(SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar