Ilustrasi |
KM. Salaja Kampo--Demam Piala
Dunia mulai terasa di sejumlah daerah di Indonesia. Terkadang, mereka yang
memiliki pekerjaan, harus melalaikan pekerjaannya karena begadang semalamam.
Demikian dirasakan Sukardin, 40 tahun, yang harus puasa ke sawah gara-gara
nonton bola. Berikut laporannya, Edo Salaja Kampo.
Sudah dimaklumi bersama bahkan sudah jadi berita di dunia,
selama sebulan penuh event akbar empat tahunan yaitu Piala Dunia sudah digelar.
Dari kota, pedesaan bahkan sampai di pelosok negeri, kalangan muda bahkan
sampai yang sudah “sepuh” sekali pun tidak ingin melewatkan event yang
jarang-jarang ini.
Acara nonton bareng pun diadakan sambil minum kopi, juga
bersorak-sorak mendukung tim kesayangan. Namun acara nonton piala dunia ini
kadang melalaikan dari yang wajib-wajib, bahkan inilah yang sering terjadi.
Kelalaian dari yang wajib ini terjadi karena piala dunia ditayangkan
di atas jam 11 malam. Maka sudah barang tentu banyak penonton yang begadang.
Dari sinilah banyak yang akhirnya lalai dari kewajiban dalam menjalankan
pekerjaannya.
Seperti
halnya yang dirasakan Sukardin, 40 tahun. Warga Desa Runggu Kecamatan Belo ini
harus rela tidak turun ke sawah karena kurang tidur. Biasanya, bapak empat anak
ini, jam 7 pagi sudah siap ke sawah dengan peralatannya.
Namun,
selama pergelaran piala dunia berlangsung, ia mulai malas untuk ke sawah. “Mau
gimana lagi mas, sudah hobi nonton bola,” ujarnya.
Sukardin
mengaku kerap mengantuk saat bekerja di sawah, karena semalaman begadang nonton
bola. Bahkan, dia harus tertidur pulas di sawahnya hingga hari menjelang sore.
Nyaris tidak ada pekerjaan yang diselesaikan di sawahnya.
“Percuma
juga mau turun ke sawah, pas nyampe sudah pengen tidur aja. Jadi saya pikirnya,
pekerjaan sawah distop kan dulu untuk sementara waktu,” katanya.
Terkadang
Sukardin harus melakukan aktivitas di sawah pada sore hari, setelah tidur
siang. “Kalau pagi kan pasti ngantuk, sehingga saya memilih memilih sore hari
untuk meladang,” tambahnya.
Selain
Sukardin, ketua RT. 02 Desa Runggu, A. Haris, pun tidak mau ketinggalan menyaksikan
pesta sepak bola akbar ini. Bahkan, bapak yang berprofesi sebagai loper koran terbesar
di Bima ini menggelar nonton bareng di kediamannya.
Padahal,
sebagai pengantar koran, dia harus melayani pelanggan koran setiap paginya.
Meski begitu, bapak dua anak ini tetap tepat waktu dalam melaksanakan tugasnya
sebagai loper.
“Kalau sudah
siapkan perlengkapan untuk nonton bareng, kadang saya tidur cepat. Pas partai
keduanya saya bangun lagi dan begadang sampai pagi. Kemudian lanjutkan kerjaan
(antar koran, red), setelah itu baru tidur lagi,” katanya.
Demam Piala
Dunia 2014 ternyata juga menjangkiti beberapa kepala desa. Salah satunya adalah
Kades Runggu, Musnadi H. Ahmad.
Sebagai Kades,
banyak tanggung jawab yang harus diembannya. Tetapi dia masih menyempatkan diri
untuk menyaksikan acara pembukaan piala dunia tersebut.
Kepada
penggemar sepak bola yang tengah nonton bareng, dia meminta untuk menjaga
suasana aman di desa. Seraya berpesan untuk tidak memanfaatkan event tersebut
sebagai ajang perjudian. (SK.edo)
0 komentar:
Posting Komentar