Kamis, 19 Juni 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo--Demam Piala Dunia mulai terasa di sejumlah daerah di Indonesia. Terkadang, mereka yang memiliki pekerjaan, harus melalaikan pekerjaannya karena begadang semalamam. Demikian dirasakan Sukardin, 40 tahun, yang harus puasa ke sawah gara-gara nonton bola. Berikut laporannya, Edo Salaja Kampo.

Sudah dimaklumi bersama bahkan sudah jadi berita di dunia, selama sebulan penuh event akbar empat tahunan yaitu Piala Dunia sudah digelar. Dari kota, pedesaan bahkan sampai di pelosok negeri, kalangan muda bahkan sampai yang sudah “sepuh” sekali pun tidak ingin melewatkan event yang jarang-jarang ini. 
 
Acara nonton bareng pun diadakan sambil minum kopi, juga bersorak-sorak mendukung tim kesayangan. Namun acara nonton piala dunia ini kadang melalaikan dari yang wajib-wajib, bahkan inilah yang sering terjadi. 
 
Kelalaian dari yang wajib ini terjadi karena piala dunia ditayangkan di atas jam 11 malam. Maka sudah barang tentu banyak penonton yang begadang. Dari sinilah banyak yang akhirnya lalai dari kewajiban dalam menjalankan pekerjaannya. 
 
Seperti halnya yang dirasakan Sukardin, 40 tahun. Warga Desa Runggu Kecamatan Belo ini harus rela tidak turun ke sawah karena kurang tidur. Biasanya, bapak empat anak ini, jam 7 pagi sudah siap ke sawah dengan peralatannya. 
 
Namun, selama pergelaran piala dunia berlangsung, ia mulai malas untuk ke sawah. “Mau gimana lagi mas, sudah hobi nonton bola,” ujarnya.
 
Sukardin mengaku kerap mengantuk saat bekerja di sawah, karena semalaman begadang nonton bola. Bahkan, dia harus tertidur pulas di sawahnya hingga hari menjelang sore. Nyaris tidak ada pekerjaan yang diselesaikan di sawahnya. 
 
“Percuma juga mau turun ke sawah, pas nyampe sudah pengen tidur aja. Jadi saya pikirnya, pekerjaan sawah distop kan dulu untuk sementara waktu,” katanya.
 
Terkadang Sukardin harus melakukan aktivitas di sawah pada sore hari, setelah tidur siang. “Kalau pagi kan pasti ngantuk, sehingga saya memilih memilih sore hari untuk meladang,” tambahnya.
 
Selain Sukardin, ketua RT. 02 Desa Runggu, A. Haris, pun tidak mau ketinggalan menyaksikan pesta sepak bola akbar ini. Bahkan, bapak yang berprofesi sebagai loper koran terbesar di Bima ini menggelar nonton bareng di kediamannya.
 
Padahal, sebagai pengantar koran, dia harus melayani pelanggan koran setiap paginya. Meski begitu, bapak dua anak ini tetap tepat waktu dalam melaksanakan tugasnya sebagai loper.

“Kalau sudah siapkan perlengkapan untuk nonton bareng, kadang saya tidur cepat. Pas partai keduanya saya bangun lagi dan begadang sampai pagi. Kemudian lanjutkan kerjaan (antar koran, red), setelah itu baru tidur lagi,” katanya.
 
Demam Piala Dunia 2014 ternyata juga menjangkiti beberapa kepala desa. Salah satunya adalah Kades Runggu, Musnadi H. Ahmad.
 
Sebagai Kades, banyak tanggung jawab yang harus diembannya. Tetapi dia masih menyempatkan diri untuk menyaksikan acara pembukaan piala dunia tersebut.
Kepada penggemar sepak bola yang tengah nonton bareng, dia meminta untuk menjaga suasana aman di desa. Seraya berpesan untuk tidak memanfaatkan event tersebut sebagai ajang perjudian. (SK.edo)

0 komentar:

Posting Komentar