Rabu, 25 Juni 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo-Puluhan hektar tanaman bawang merah di Kecamatan Woha terpaksa ditinggal pemiliknya. Pasalnya, sejumlah petani sudah tidak sanggup mengembalikan kondisi bawang karena serangan hama wereng. Hama tersebut semakin menjadi setiap kali penyemprotan dilakukan.
 
Keluhan tersebut terjadi sejak sebulan terakhir. Selain karena hama, harga obat-obatan di pasar yang terus meningkat juga menjadi pemicunya. “Biaya untuk semprot setiap harinya sebesar Rp. 500 ribu hingga Rp. 1 juta. Kalau terus begini, ya mending kami lepas saja,” kata petani bawang merah Sahruddin, Rabu (24/6).
 
Kata dia, idealnya petani harus menyemprot bawang merah sebanyak dua kali sehari untuk mencegah hama. Meski upaya itu dilakukan, tetap saja hama dan ulat terus menyerang. “Apalagi yang semprot dua hari sekali, yang  dua kali sehari saja tidak bisa mempan usir hama,” jelasnya.
 
Menurutnya, kondisi tersebut disebabkan karena persoalan cuaca yang tidak menentu. Terlebih lagi, turunnya hujan yang tiba-tiba memaksa petani harus tetap siaga di sawah. Akibat dari serangan hama ini, Sahrudin mengaku mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
 
“Hampir seluruh petani bawang di wilayah ini mengalami kerugian rata-rata 30 hingga 70 juta rupiah,” akunya.
 
Petani asal Desa Naru ini menyebutkan, hama yang menyerang tanaman mereka merupakan hama bala. “Tahun ini petani bawang dilanda bala. Karena hama ini tidak bisa diantisipasi dengan obat apapun. Karena semakin disemprit akan semakin menjadi,” katanya.
 
Hal senada juga dirasakan petani bawang lainnya, H. Syari. Kepada Salaja Kampo, dia mengaku kerusakan tanaman bawang tersebut adalah kali pertamanya terjadi di wilayah itu. Dia memastikan seluruh petani bawang mengalami kerugian besar tahun.
 
Musibah tersebut diharapkan agar pemerintah bisa lebih fokus menata sektor pertanian. Juga mencari jalan keluar untuk mengantisipasi serangan hama wereng.(SK.Opk)
 

0 komentar:

Posting Komentar