Ilustrasi |
KM. Salaja Kampo—Pihak
Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima mulai membersihkan landasan pacu
bandara akibat abu vulkanik Sangiang. Pembersihan ini untuk mengantisipasi kecelakaan
pesawat saat mendarat di landasan tersebut.
Abu vulkanik
yang menempel di landasan tersebut merupakan hasil muntahan gunung Sangiang
yang meletus Jum’at lalu. Akibatnya, debu tebal memenuhi ruas landasan dan
membuat jarak pandang pilot berkurang.
Dampak
letusan gunung Sangiang ini membuat aktivitas Bandara Bima lumpuh selama 3 hari
terakhir. Meski hujan abu sudah mulai reda, namun pihak bandara belum berani
mengoperasikan kembali bandara tersebut.
“Pembersihan
ini akan dilakukan setiap hari, hingga debunya sudah tidak ada lagi. Sehingga
untuk sementara aktivitas bandara kami tutup dulu,” ungkap Kasubsi keamanan dan
keselamatan penerbangan (KKP), Sayyid Segaf Algadri, Minggu (1/6).
Dikatakannya,
penutupan sementara bandara tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain,
abu vulkanik yang masih tampak di atas ketinggian 14 ribu kaki. Juga belum ada keterangan resmi dari badan
vulkanologi pemantau Sangiang dalam menetapkan status gunung tersebut.
“Statusnya
kan masih siaga, selain itu di atas awan sekitar 14 ribu kaki masih ada abu
vulkanik. Kondisi ini sangat membayahakan bila abunya masuk ke propelet pesawat
dan masuk ke bagian mesin lainnya. Sehingga membuat baling-baling pesawat tidak
berputar dengan maksimal,” jelasnya.
Dijelaskan,
pihaknya akan menunggu informasi dari BMKG dan badan pemantau gunung Sangiang
untuk membuka kembali bandara. Segaf belum bisa memastikan kapan bandara
tersebut kembali normal. “Pembersihan abu vulkanik baru mencapai sekitar
40-50%. Masih akan kita lanjutkan,” tambahnya.
Menurut dia,
bandara Bima merupakan areal yang paling berdampak dari letusan Gunung Sangiang
tersebut. Untuk itu, pembersihan seluruh landasan perlu dilakukan demi mencegah
kecelakaan lalulintas udara.
“Selain
pembersihan fisik bandara, badan pesawat juga perlu dibersihkan dengan baik
untuk mencegah gangguan pada pesawat,” ujarnya.
Lebih lanjut Segaf menjelaskan, dampak abu
vulkanik mengandung silika tersebut, dapat menimbulkan konslet di bagian turbin
pesawat. Selain itu, di badan pesawat terdapat alat sensor yang peka dan tak
boleh tertutup karena memberikan informasi ketinggian dan kondisi cuaca.
“Jadi pertimbangan kita disitu, sehingga bandara
ini belum bisa kita operasikan sebelum sangiang berhenti memintahkan abu
vulkanik,” terangnya. (SK.Opk)
0 komentar:
Posting Komentar