Senin, 02 Juni 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo—Pihak Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima mulai membersihkan landasan pacu bandara akibat abu vulkanik Sangiang. Pembersihan ini untuk mengantisipasi kecelakaan pesawat saat mendarat di landasan tersebut.
 
Abu vulkanik yang menempel di landasan tersebut merupakan hasil muntahan gunung Sangiang yang meletus Jum’at lalu. Akibatnya, debu tebal memenuhi ruas landasan dan membuat jarak pandang pilot berkurang. 
 
Dampak letusan gunung Sangiang ini membuat aktivitas Bandara Bima lumpuh selama 3 hari terakhir. Meski hujan abu sudah mulai reda, namun pihak bandara belum berani mengoperasikan kembali bandara tersebut.
 
“Pembersihan ini akan dilakukan setiap hari, hingga debunya sudah tidak ada lagi. Sehingga untuk sementara aktivitas bandara kami tutup dulu,” ungkap Kasubsi keamanan dan keselamatan penerbangan (KKP), Sayyid Segaf Algadri, Minggu (1/6).
 
Dikatakannya, penutupan sementara bandara tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain, abu vulkanik yang masih tampak di atas ketinggian 14 ribu kaki.  Juga belum ada keterangan resmi dari badan vulkanologi pemantau Sangiang dalam menetapkan status gunung tersebut.
 
“Statusnya kan masih siaga, selain itu di atas awan sekitar 14 ribu kaki masih ada abu vulkanik. Kondisi ini sangat membayahakan bila abunya masuk ke propelet pesawat dan masuk ke bagian mesin lainnya. Sehingga membuat baling-baling pesawat tidak berputar dengan maksimal,” jelasnya.
 
Dijelaskan, pihaknya akan menunggu informasi dari BMKG dan badan pemantau gunung Sangiang untuk membuka kembali bandara. Segaf belum bisa memastikan kapan bandara tersebut kembali normal. “Pembersihan abu vulkanik baru mencapai sekitar 40-50%. Masih akan kita lanjutkan,” tambahnya.
 
Menurut dia, bandara Bima merupakan areal yang paling berdampak dari letusan Gunung Sangiang tersebut. Untuk itu, pembersihan seluruh landasan perlu dilakukan demi mencegah kecelakaan lalulintas udara. 
 
“Selain pembersihan fisik bandara, badan pesawat juga perlu dibersihkan dengan baik untuk mencegah gangguan pada pesawat,” ujarnya.
 
Lebih lanjut Segaf menjelaskan, dampak abu vulkanik mengandung silika tersebut, dapat menimbulkan konslet di bagian turbin pesawat. Selain itu, di badan pesawat terdapat alat sensor yang peka dan tak boleh tertutup karena memberikan informasi ketinggian dan kondisi cuaca. 
 
“Jadi pertimbangan kita disitu, sehingga bandara ini belum bisa kita operasikan sebelum sangiang berhenti memintahkan abu vulkanik,” terangnya. (SK.Opk)

0 komentar:

Posting Komentar