Kamis, 09 Oktober 2014

Ilustrasi
KM. Salaja Kampo-Kekuarangan bangku membuat para siswa kelas 4 di SDN Talabiu Kecamatan Woha terpaksa belajar di lantai. Di kelas tersebut, terdapat 50 siswa, sehingga satu bangku dipakai oleh dua orang siswa. Sementara sisanya, terpaksa mengikuti KBM dengan beralasakan lantai. 
 
Selain itu, sekolah tersebut masih minim fasilitas berupa sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Ironisnya, persoalan tersebut luput dipandangan pemerintah, khususnya intansi pendidikan.
 
Kepala SDN Talabiu, H. Muhammad Guntur S.Pd menuturkan, kekurangan bangku belajar tersebut sudah berlangsung selama satu tahun terakhir. Pihaknya tidak bisa berbuat banyak, melainkan menyiasati dengan belajar di lantai. Bahkan, para siswa kelas 1, 2 da 3 harus duduk bertiga dalam satu bangku.
 
“Dalam satu meja ada tiga sampai empat siswa yang duduk berdesakan. Sementara di kelas 4, sebanyak 35 siswa harus duduk dilantai,” ungkapnya, sembari menambahkan, di kelas 5 dan 6, para siswa juga duduk berdesakan. 
 
Menurut kasek, SDN Talabiu merupakan sekolah percontohan bagi SDN lain. Menjadi sekolah percontohan, kata dia, tentu harus didukung oleh sarana yang memadai. “Fasilitas pendidikan di sini masih kurang jika mengacu pada sekolah percontohan,” katanya.
 
Dia menambahkan, untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, harusnya pemerintah memperhatikan sarana dan prasaran sekolah. Hal itu, lanjutnya, akan berimbas pada efektivitas KBM di sekolah.
 
“Walaupun usaha guru sudah maksimal, kan percuma saja bila sarana dan prasarana tidak mendukung,” tandasnya.
 
Diakui kasek, kekurangan fasilitas tersebut belum pernah dilaporkan ke pemerintah. Untuk itu, dia mengharapkan adanya bantuan dari dinas terkait untuk peningkatan kuantitas sekolah. 
 
“Kekurangan bangku ini harusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Sehingga KBM bisa berjalan sesuai harapan. Dengan pelayanan pendidikan yang maksimal, tentu akan menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik,” pungkasnya. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar