Sabtu, 11 Januari 2014

IGPG Ekawarna Prasta, SIK., Kapolres Bima
Upaya persuasif aparat kepolisian dalam mengurai kasus pembacokan bocah 2 tahun, yang terjadi di Desa Wane Kecamatan Parado pada Kamis (9/1) berbuah manis. Supratman alias Gunto, 30 tahun, Sabtu (12/1) kemarin menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. Pelaku pembacokan terhadap Imam, bocah 2 tahun ini juga menjadi korban pembacokan oleh Anhar, ayah korban hingga pergelangan tangan kirinya terputus ini sempat melarikan diri.

Kapolres Bima IGPG Ekawana Prasta SIK yang diwawancara ekslusif di Mapolres setempat menegaskan, pelaku tidak melarikan diri. Hanya saja dia menghindari reaksi keluarga korban jika masih berada di lokasi. Itu terbukti dari kemauan pelaku yang ingin menyerahkan diri ke pihak kepolisian. “Saat kita masuk ke TKP, pelaku langsung mendekati kepolisian untuk menyerahkan diri,” ujar Kapolres.

Dijelaskannya, Gunto merupakan pelaku utama pembunuhan bocah tersebut. Sebelumnya adik Gunto, Bukhoris disebut-sebut sebagai pelaku pada insiden yang menewaskan bocah tidak berdosa ini. Namun kasus tersebut terungkap setelah kepolisian meminta keterangan nenek korban.

Saat itu, nenek korban juga menjadi korban pelampiasan emosi Gunto. Akibatnya, sang nenek ikut dibacok oleh pelaku yang sudah geram karena tangannya terputus akibat dibacok ayah korban. “Bukhoris memang dikabarkan sebagai pelaku. Namun hasil pemeriksaan terhadap nenek korban, bahwa pelakunya adalah Gunto sendiri,” jelasnya.

Usai dibacok oleh Anhar, lanjutnya, Gunto langsung mencari Anhar di kediamannya dalam keadaan tangan sudah terpotong. Lantaran tidak menemukan pelaku, dia langsung melampiaskan kekesalannya kepada anak pelaku. “Bocah tersebut meninggal karena luka bacok di bagian kepala dan lengan,” terang Eka sapaan Kapolres Bima.

Dikatakannya, untuk mengamankan suasana di wilayah tersebut, dia dan beberapa kasat nginap selama dua malam. Itu dilakukan, lantaran dikhawatirkan adanya reaksi dari keluarga korban dan keluarga pelaku. Apalagi, kata dia, kondisi di Desa Sie sudah memanas. “Anhar (ayah korban, red) merupakan warga Desa Sie, sehingga keluarganya tidak terima dengan insiden ini. Untuk itu kami bermalam di sana agar suasananya bisa kita kontrol dan kembali kondusif,” akunya.

Menurut mantan Wakapolres Gorontalo ini, terlalu naif jika Kabupaten Bima disebut-sebut sebagai daerah rawan konflik. Katanya, masyarakat Bima selalu mengedepankan azas musyawarah mufakat. Selain itu selalu menjunjung tinggi hukum dan aturan. Hal ini terbukti dari adanya kemauan pelaku yang ingin menyerahkan diri ke polisi. “Kalau Bima disebut daerah konflik itu salah. Tergantung seperti apa kita menempatkan diri saja. Selama kita masih bisa persuasif dengan masyarakat, saya percaya Bima bukan daerah yang identik dengan konflik,” ujarnya.

Sementara itu, Anhar pelaku pembacokan terhadap Gunto juga menyerahkan diri ke polsek Parado. Dan Gunto sampai saat ini masih dirawat intensif di RSUD Bima atas luka bacok yang dialami. Selain pergelangan tangan, lengan Gunto juga mendapatkan sabetan senjata tajam hingga nyaris putus. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar