IGPG Ekawarna Prasta, SIK., Kapolres Bima |
Upaya persuasif aparat kepolisian dalam mengurai kasus
pembacokan bocah 2 tahun, yang terjadi di Desa Wane Kecamatan Parado
pada Kamis (9/1) berbuah manis. Supratman alias Gunto, 30 tahun,
Sabtu (12/1) kemarin menyerahkan diri kepada pihak kepolisian.
Pelaku pembacokan terhadap Imam, bocah 2 tahun ini juga menjadi korban
pembacokan oleh Anhar, ayah korban hingga pergelangan tangan kirinya
terputus ini sempat melarikan diri.
Kapolres Bima IGPG Ekawana Prasta SIK yang diwawancara
ekslusif di Mapolres setempat menegaskan, pelaku tidak melarikan
diri. Hanya saja dia menghindari reaksi keluarga korban jika masih
berada di lokasi. Itu terbukti dari kemauan pelaku yang ingin
menyerahkan diri ke pihak kepolisian. “Saat kita masuk ke TKP,
pelaku langsung mendekati kepolisian untuk menyerahkan diri,” ujar
Kapolres.
Dijelaskannya, Gunto merupakan pelaku utama pembunuhan
bocah tersebut. Sebelumnya adik Gunto, Bukhoris disebut-sebut
sebagai pelaku pada insiden yang menewaskan bocah tidak berdosa ini.
Namun kasus tersebut terungkap setelah kepolisian meminta keterangan
nenek korban.
Saat itu, nenek korban juga menjadi korban pelampiasan
emosi Gunto. Akibatnya, sang nenek ikut dibacok oleh pelaku yang
sudah geram karena tangannya terputus akibat dibacok ayah korban.
“Bukhoris memang dikabarkan sebagai pelaku. Namun hasil
pemeriksaan terhadap nenek korban, bahwa pelakunya adalah Gunto
sendiri,” jelasnya.
Usai dibacok oleh Anhar, lanjutnya, Gunto langsung mencari Anhar
di kediamannya dalam keadaan tangan sudah terpotong. Lantaran tidak
menemukan pelaku, dia langsung melampiaskan kekesalannya kepada anak
pelaku. “Bocah tersebut meninggal karena luka bacok di bagian
kepala dan lengan,” terang Eka sapaan Kapolres Bima.
Dikatakannya, untuk mengamankan suasana di wilayah
tersebut, dia dan beberapa kasat nginap selama dua malam. Itu
dilakukan, lantaran dikhawatirkan adanya reaksi dari keluarga korban
dan keluarga pelaku. Apalagi, kata dia, kondisi di Desa Sie sudah
memanas. “Anhar (ayah korban, red) merupakan warga Desa Sie,
sehingga keluarganya tidak terima dengan insiden ini. Untuk itu kami
bermalam di sana agar suasananya bisa kita kontrol dan kembali
kondusif,” akunya.
Menurut mantan Wakapolres Gorontalo ini, terlalu naif
jika Kabupaten Bima disebut-sebut sebagai daerah rawan konflik.
Katanya, masyarakat Bima selalu mengedepankan azas musyawarah
mufakat. Selain itu selalu menjunjung tinggi hukum dan aturan. Hal
ini terbukti dari adanya kemauan pelaku yang ingin menyerahkan diri
ke polisi. “Kalau Bima disebut daerah konflik itu salah.
Tergantung seperti apa kita menempatkan diri saja. Selama kita masih
bisa persuasif dengan masyarakat, saya percaya Bima bukan daerah
yang identik dengan konflik,” ujarnya.
Sementara
itu, Anhar pelaku pembacokan terhadap Gunto juga menyerahkan diri ke
polsek Parado. Dan Gunto sampai saat ini masih dirawat intensif di
RSUD Bima atas luka bacok yang dialami. Selain pergelangan tangan,
lengan Gunto juga mendapatkan sabetan senjata tajam hingga nyaris
putus. (SK.Edo)
0 komentar:
Posting Komentar