Ilustrasi |
KM. Salaja Kampo—Kampus STKIP Taman Siswa
Bima, terus melakukan mengembangkan tradisi ilmiah kepada para siswa SMP/SMA.
Pasalnya, budaya tradisi ilmiah di kalangan siswa disinyalir masih rendah.
Untuk itu lembaga kampus tersebut terus memompa kemampuan para siswa tersebut.
Sejauh ini, upaya yang digencarkan
pihak kampus dalam membangun tradisi ilmiah yakni dengan melaksanakan kompetisi.
Seperti yang dilakukan Kamis (3/4), sejumlah siswa SMP sederajat
mengikuti olimpiade mata pelajaran Fisika.
Kegiatan itu diikuti oleh 24 siswa dari
7 sekolah yang ada di Kabupaten/Kota Bima, dan Kabupaten Dompu. Tujuannya, agar
membentuk pemahaman siswa bahwa kampus tersebut mampu bersaing dengan kampus
lain.
Ketua Prodi Fisika Yus Isran S.Si.,MPd mengatakan, even tersebut para siswa diharapkan mampu belajar efektif,
terutama pelajaran fisika. “Kegiatan ini sudah 3 kali dilaksanakan, dan
merupakan program khusus kampus,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan ini
juga untuk memperkenalkan kampus setempat. Kata dia, akreditasi kampus STKIP
Tamsis sudah setara dengan Unram maupun Unhas. “Melalui kegiatan ini, kami
memberikan pemahaman kepada para siswa tentang kemampuan kampus STKIP Tamsis,”
ujar pria yang akrab disapa Yus ini.
Rencananya, kegiatan tersebut akan
dilaksanakan lagi dalam beberapa bulan kedepan. Kali ini, olimpiade fisika
tersebut akan dilibatkan siswa SMA dan Mahasiswa. “Kami akan menjaring
mahasiswa yang berprestasi agar bisa mengikuti olimpiade tingkat nasional,”
tandasnya.
Sebelumnya, pihak kampus sendiri
sudah melaksanakan kegiatan yang sama untuk mata pelajaran Matematika bagi
siswa SMA sederajat, Sabtu (29/3) lalu. Kegiatan itu diikuti oleh 28 peserta
dari 8 sekolah. Pada lomba itu, MAN 2 Kota Bima berhasil keluar sebagai juara.
Sementara itu, ketua lembaga STKIP
Tamsis Dr. Ibnu Khaldun mengatakan, tradisi ilmiah dibangun dari tradisi membaca
sejak dini dan dimulai dari lingkungan kampus. Selain itu, siswa juga perlu
mengembangkan budaya berpikir.
“Selama sebulan terakhir, kampus
ini diwarnai kegiatan ilmiah. Ini merupakan komitmen kami untuk menterjemahkan
tri darma perguruan tinggi,” ujar Ibnu saat ditemui di kantornya, Kamis (3/4).
Kata dia, kegiatan tersebut
merupakan ikhtiar kampus setempat untuk dijadikan program jangka panjang. Indikator
rendahnya tradisi ilmiah di kalangan siswa, dapat dilihat dari minimnya karya
ilmiah siswa.
Kegiatan tersebut juga sebagai
jawaban atas rendahnya komitmen pemerintah daerah dalam menyiapkan anggaran
pendidikan, khususnya bagi siswa berprestasi. “Pemda harus memprioritaskan anggaran
pendidikan, jangan cuma belanja aparat yang diperhatikan,” sorot putra pemilik
yayasan STKIP Tamsis ini.
Untuk meningkatkan tradisi ilmiah siswa,
pemerintah segera memberikan beasiswa terhadap para siswa dan mahasiswa.
Menurutnya, siswa merupakan aktor yang menentukan angka kekerasan di dana
Mbojo. Untuk menekan hal itu, sambungnya, tidak ada solusi lain bagi
pemerintah. Para generasi ini harus memperoleh kesejahteraan dalam
mengembangkan kompetensi yang dimiliki.
0 komentar:
Posting Komentar