Kamis, 03 April 2014


Ilustrasi
KM. Salaja Kampo—Kampus STKIP Taman Siswa Bima, terus melakukan mengembangkan tradisi ilmiah kepada para siswa SMP/SMA. Pasalnya, budaya tradisi ilmiah di kalangan siswa disinyalir masih rendah. Untuk itu lembaga kampus tersebut terus memompa kemampuan para siswa tersebut.
 
Sejauh ini, upaya yang digencarkan pihak kampus dalam membangun tradisi ilmiah yakni dengan melaksanakan kompetisi. Seperti yang dilakukan Kamis (3/4), sejumlah siswa SMP sederajat mengikuti olimpiade mata pelajaran Fisika.
 
Kegiatan itu diikuti oleh 24 siswa dari 7 sekolah yang ada di Kabupaten/Kota Bima, dan Kabupaten Dompu. Tujuannya, agar membentuk pemahaman siswa bahwa kampus tersebut mampu bersaing dengan kampus lain.
 
Ketua Prodi Fisika Yus Isran S.Si.,MPd mengatakan, even tersebut para siswa diharapkan mampu belajar efektif, terutama pelajaran fisika. “Kegiatan ini sudah 3 kali dilaksanakan, dan merupakan program khusus kampus,” jelasnya.
 
Selain itu, lanjutnya, kegiatan ini juga untuk memperkenalkan kampus setempat. Kata dia, akreditasi kampus STKIP Tamsis sudah setara dengan Unram maupun Unhas. “Melalui kegiatan ini, kami memberikan pemahaman kepada para siswa tentang kemampuan kampus STKIP Tamsis,” ujar pria yang akrab disapa Yus ini.
 
Rencananya, kegiatan tersebut akan dilaksanakan lagi dalam beberapa bulan kedepan. Kali ini, olimpiade fisika tersebut akan dilibatkan siswa SMA dan Mahasiswa. “Kami akan menjaring mahasiswa yang berprestasi agar bisa mengikuti olimpiade tingkat nasional,” tandasnya.
 
Sebelumnya, pihak kampus sendiri sudah melaksanakan kegiatan yang sama untuk mata pelajaran Matematika bagi siswa SMA sederajat, Sabtu (29/3) lalu. Kegiatan itu diikuti oleh 28 peserta dari 8 sekolah. Pada lomba itu, MAN 2 Kota Bima berhasil keluar sebagai juara.
 
Sementara itu, ketua lembaga STKIP Tamsis Dr. Ibnu Khaldun mengatakan, tradisi ilmiah dibangun dari tradisi membaca sejak dini dan dimulai dari lingkungan kampus. Selain itu, siswa juga perlu mengembangkan budaya berpikir. 
 
“Selama sebulan terakhir, kampus ini diwarnai kegiatan ilmiah. Ini merupakan komitmen kami untuk menterjemahkan tri darma perguruan tinggi,” ujar Ibnu saat ditemui di kantornya, Kamis (3/4).
 
Kata dia, kegiatan tersebut merupakan ikhtiar kampus setempat untuk dijadikan program jangka panjang. Indikator rendahnya tradisi ilmiah di kalangan siswa, dapat dilihat dari minimnya karya ilmiah siswa. 
 
Kegiatan tersebut juga sebagai jawaban atas rendahnya komitmen pemerintah daerah dalam menyiapkan anggaran pendidikan, khususnya bagi siswa berprestasi. “Pemda harus memprioritaskan anggaran pendidikan, jangan cuma belanja aparat yang diperhatikan,” sorot putra pemilik yayasan STKIP Tamsis ini.
 
Untuk meningkatkan tradisi ilmiah siswa, pemerintah segera memberikan beasiswa terhadap para siswa dan mahasiswa. Menurutnya, siswa merupakan aktor yang menentukan angka kekerasan di dana Mbojo. Untuk menekan hal itu, sambungnya, tidak ada solusi lain bagi pemerintah. Para generasi ini harus memperoleh kesejahteraan dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki.
 
“Sesuai tekline kita, membaca al Qur’an akan mengenal tuhan, membaca buku akan mengenal dunia dan membaca diri akan mengenal sesama,” tuntasnya.(SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar