Sabtu, 01 Februari 2014


Ka'do Masingku
KM. Salaja Kampo--Ka'do Masingku adalah kuliner sejenis lontong atau ketupat, dengan bentuk lebih menyerupai bentuk prisma segitiga. Kuliner ini populer di kalangan anak-anak, remaja, bahkan orangtua. Di Kec. Woha dan sekitarnya, kuliner ini cukup diminati untuk sarapan pagi pengganti nasi. Tapi mulai akhir 90-an, kuliner ini mulai jarang dijajakan di warung ataupun oleh penjual keliling.

Cara pembuatan kuliner kampung ini cukup sederhana. Bahan-bahan utama yang dibutuhkan hanyalah beras dan daun pisang. Daun pisang yang sudah dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian diisi dengan beras yang sebelumnya telah direndam terlebih dahulu bersama campuran garam selama kurang lebih satu jam. Kemudian dilipat membentuk segitiga dan direbus selama satu hingga dua jam. Tergantung banyaknya Ka'do Masingku yang direbus.
Ka'do Masingku ini umumnya disajikan bersama parutan kelapa yang telah disangrai dan ditumbuk dengan campuran garam, gula, bawang goreng dan penyedap rasa. Boleh juga ditambah dengan sedikit parutan laos jika ingin lebih beraroma. Sedangkan cara memakannya cukup dengan melumuri atau mencocol Ka'do Masingku dengan campuran kelapa di atas. Akan tetapi dalam perkembangannya, kuliner ini dijajakan oleh warga yang menjual mie instan, Sehingga kuliner ini kadang menjadi makanan pendamping untuk menyantap mie instan.

Bagi banyak orang, Ka’do Masingku mungkin telah menjadi bagian dari nostalgia. Tapi ternyata, masih saja ada orang yang menjajakan Ka 'do Masingku ini. Contohnya, Dahlan. Warga Dusun Tunas Karya Desa Nisa ini hingga kini masih setia mengisi warungnya dengan Ka’do Masingku. Ia juga mengakui bahwa produsen kuliner ini sekarang sudah sangat jarang sekali.

Warga sudah tidak ada lagi yang memproduksi Ka'do Masingku, bahkan untuk di desa ini saja hanya tiga orang yang membuat Ka'do Masingku,” aku Dahlan.
Ditanya alasannya kenapa masih membuat Ka'do Masingku, Dahlan menjelaskan, selain cara membuatnya yang sederhana kuliner ini juga mampu menuai banyak keuntungan. “Keuntungan dari penjualan kuliner ini lumayan bagus,lanjut Dahlan.

Dalam sehari Dahlan biasanya membuat kuliner ini sebanyak 80 buah dari dua kilogram beras. Dengan modal sebesar 30 sampai 35 ribu, ia bisa menjualnya dengan harga seribu per buah. Jadi, jika dalam sehari Ka 'do Masingku semuanya laku terjual maka omzet yang didapat Dahlan mencapai 80 ribu per hari, atau 900 ribu per bulan.Jika saya tidak membeli kayu bakar, keuntungan yang didapat bisa mencapai satu jutaan perbulan,” polosnya.


Ditengah banyaknya pilihan kuliner modern sekarang ini, Ka'do Masingku walaupun sudah jarang ditemui, kuliner ini masih saja menjadi pilihan warga. Dengan cara pengolahannya yang cukup sederhana dan bahan-bahannya yang mudah didapat, bisa menggugah warga lainnya untuk tetap melestarikan kuliner ini sekaligus sebagai alternatif sumber penghasilan tambahan keluarga. (SK.Opk)

0 komentar:

Posting Komentar