Ka'do Masingku |
KM. Salaja Kampo--Ka'do
Masingku adalah kuliner sejenis lontong atau ketupat, dengan bentuk
lebih menyerupai bentuk prisma segitiga. Kuliner ini populer di
kalangan anak-anak, remaja, bahkan orangtua. Di Kec. Woha dan
sekitarnya, kuliner ini cukup diminati untuk sarapan pagi pengganti
nasi. Tapi mulai akhir 90-an, kuliner ini mulai jarang dijajakan di
warung ataupun oleh penjual keliling.
Cara
pembuatan kuliner kampung ini cukup sederhana. Bahan-bahan utama yang
dibutuhkan hanyalah beras dan daun pisang. Daun pisang yang sudah
dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian diisi dengan beras
yang sebelumnya telah direndam terlebih dahulu bersama campuran garam
selama kurang lebih satu jam. Kemudian dilipat membentuk segitiga dan
direbus selama satu hingga dua jam. Tergantung banyaknya Ka'do
Masingku yang direbus.
Ka'do
Masingku ini umumnya disajikan bersama parutan kelapa yang telah
disangrai dan ditumbuk dengan campuran garam, gula, bawang goreng dan
penyedap rasa. Boleh juga ditambah dengan sedikit parutan laos jika
ingin lebih beraroma. Sedangkan cara memakannya cukup dengan
melumuri atau mencocol Ka'do Masingku dengan campuran kelapa di atas.
Akan tetapi dalam perkembangannya, kuliner ini dijajakan oleh warga
yang menjual mie instan, Sehingga kuliner ini kadang menjadi makanan
pendamping untuk menyantap mie instan.
Bagi
banyak orang, Ka’do Masingku mungkin telah menjadi bagian dari
nostalgia. Tapi ternyata, masih saja ada orang yang menjajakan Ka
'do Masingku ini. Contohnya, Dahlan. Warga Dusun Tunas Karya Desa
Nisa ini hingga kini masih setia mengisi warungnya dengan Ka’do
Masingku. Ia juga mengakui bahwa produsen kuliner ini sekarang sudah
sangat jarang sekali.
“Warga
sudah tidak ada lagi yang memproduksi Ka'do Masingku, bahkan untuk di
desa ini saja hanya tiga orang yang membuat Ka'do Masingku,” aku
Dahlan.
Ditanya
alasannya kenapa masih membuat Ka'do Masingku, Dahlan menjelaskan,
selain cara membuatnya yang sederhana kuliner ini juga mampu menuai
banyak keuntungan. “Keuntungan dari penjualan kuliner ini lumayan
bagus,”lanjut Dahlan.
Dalam
sehari Dahlan biasanya membuat kuliner ini sebanyak 80 buah dari dua
kilogram beras. Dengan modal sebesar 30 sampai 35 ribu, ia bisa
menjualnya dengan harga seribu per buah. Jadi, jika dalam sehari Ka
'do Masingku semuanya laku terjual maka omzet yang didapat Dahlan
mencapai 80 ribu per hari, atau 900 ribu per bulan.“Jika
saya tidak membeli kayu bakar, keuntungan yang didapat bisa mencapai
satu jutaan perbulan,” polosnya.
Ditengah
banyaknya pilihan kuliner modern sekarang ini, Ka'do Masingku
walaupun sudah jarang ditemui, kuliner ini masih saja menjadi pilihan
warga. Dengan cara pengolahannya yang cukup sederhana dan
bahan-bahannya yang mudah didapat, bisa menggugah warga lainnya untuk
tetap melestarikan kuliner ini sekaligus sebagai alternatif sumber
penghasilan tambahan keluarga. (SK.Opk)
0 komentar:
Posting Komentar