Turaya bersama Sang Cucu |
“Kasih ibu sepanjang jalan” pepatah itulah yang dijalankan oleh Turaya,
55 tahun warga Desa Runggu Kecamatan Belo. Demi membesarkan cucu
kesayangannya yang sudah yatim piatu, dia rela berjalan keliling dua
kecamatan untuk berjualan obat tradisional. Seperti Apa Kisahnya?
Berikut catatan Edho Rusyadin, Salaja Kampo.
Sore hari selepas shalat Ashar Turaya berangkat dari rumahnya untuk
menjajakan ramuan jamu tradisioanal racikannya sendiri. Dari rumah ke
rumah, desa ke desa, bahkan hingga antar kecamatan dia lalui. Dengan
membawa bakulan, janda paruh baya ini berjalan kaki sejauh belasan
kilometer.
Sepulang dari berjualan, kadang dia sering naik ojek karena
sudah agak malam.
Tak ada yang bisa dia andalkan selain berjualan ramuan tradisonal ini.
Turaya tidak memiliki penghasilan tetap, apalagi memiliki ladang untuk
bertanam. Hidup dalam kondisi serba kekurangan, memaksa Turaya terus
berjalan menjajakan ramuan jamu tradisional yang ia jual. Ironisnya, warga RT.
03 yang tinggal di gubuk tua ini tidak pernah mendapat bantuan
pemerintah. Baik bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) maupun
bantuan untuk penjual bakulan.
Meski begitu, ibu yang dikaruniai enam orang anak ini tidak putus asa
dalam mencari nafkah. Terlebih ketika sang cucu, Fadillah yang sudah
masuk di bangku taman kanak-kanak ini membutuhkan biaya sekolah. Turaya
membesarkan cucunya sejak orangtua Fadillah meninggal dua tahun silam.
Sementara menantunya (Ayah Fadillah) sudah lama meninggalkan mereka
tanpa kabar. Kondisi tersebut memaksa Turaya untuk membesarkan sendiri
Fadillah.
“Beginilah beratnya jadi orang tua dalam membesarkan
anak-anak,” ujar Turaya.
Dengan berbekal bakulan yang penuh ramuan tradisional, ia susuri
gang-gang sempit pedesaan sambil menawarkan jamu kejang-kejang dan
berbagai jenis jamu lainnya. Harga yang ia tawarkan cukup merakyat,
hanya Rp 500 hingga Rp 1000 per gelasnya. Selain murah dan berkhasiat,
ramuan buatan Turaya banyak diminati pelanggan yang selalu menanti
kedatangannya.
“Namanya berdagang kadang habis juga kadang tidak. Namun kalau dihitung
banyak habisnya ketimbang masihnya. Jika dagangan ada sisa yang di bawa
pulang, saya berikan kepada para tetangga,” tambahnya.
Ia mengaku bersyukur bisa mencari nafkan dengan berjualan keliling
tersebut. Meski tidak untung banyak, namun pengahasilannya bisa menutupi
kekurangan dan kebutuhan sang cucu. Saat berjualan, Turaya menitipkan
cucunya ke para tetangga.
Kadang juga sesekali ia mengajak sang cucu
untuk berjualan bersamanya menelusuri setapak jalan. “Kalau dia (Cucu,
red) nangis pengen ikut berjualan, pasti saya ajak. Tapi kasihan juga
lihat dia ikut jalan kaki, sehingga sayapun menggendongnya,” urainya.
Sementara itu H. Ahmad Muhlis salah seorang pelanggan di Desa Nata
Kecamatan Palibelo mengaku, ramuan ibu Turaya sangat bermanfaat.
Terlebih saat dia merasa rematiknya kambuh dan tubuh kejang-kejang,
ramuan Turaya sangat dirasakan khasiatnya. “Ramuan ibu Turaya cepat
bereaksi dan membantu saya ketika penyakit saya kambuh,” ujarnya. (SK.OPK)
0 komentar:
Posting Komentar