Kamis, 27 Februari 2014


Hawsah Jualan Ikan Dengan Benhur
KM. Salaja Kampo--Tuntutan ekonomi memaksa sebagian orang bekerja keras dalam mencari nafkah, meskipun harus melakoninya dengan penuh resiko. Tidak terkecuali Hawsah, 55 tahun. Warga Desa Cenggu Kecamatan Belo ini harus mengendarai sendiri benhurnya (Delman) untuk menjual ikan di tiap-tiap desa. Berikut liputan Salaja Kampo selengkapnya.

Sebelum fajar terbit, Hawsah Mustamin seperti biasa ngetem di pasar Tente untuk menunggu ikan yang datang dari Kecamatan Langgudu. Setelah ikan tiba, tidak langsung ia dapatkan dengan mudah. Dia harus berdesak-desakan dengan rekan-rekannya untuk bisa mendapatkan ikan yang ditunggu tersebut.
Usai mendapatkan ikan, nenek yang sudah dikaruniai enam orang cucu ini langsung bergegas menuju desa-desa guna menjajakan ikan jualannya. Untuk menjual ikan keliling, ia harus menyewa transportasi agar jualannya bisa sampai ke pelanggan. Ironisnya, ibu empat orang anak ini memanfaatkan benhur untuk mengantar jualan. Parahnya lagi, ia harus mengendarai sendiri benhur tersebut.
Di kala Pemerintah Kabupaten Bima tengah sibuk mengelola pasar tradisional, pedagang ikan keliling justru menghadirkannya ke tengah warga. Pekerjaan yang seringkali dipandang sebelah mata, namun kehadirannya selalu dinanti. “Walaupun mengendarai sendiri benhur, saya lebih suka jualan keliling. Karena bisa ketemu dengan banyak pelanggan,” ujar Hawsah saat ditemui di simpang tiga Desa Roi usai menjual dagangannya, Kamis (27/2).
Bersama Benhurnya, Hawsah bersemangat melayani pelanggan-pelanggannya yang mayoritas perempuan di tepi jalan. Sedikit demi sedikit ember berisi ikan itu berkurang. Pembeli datang silih berganti dari kampung ke kampung. 
Pekerjaan itu sudah ia geluti sejak 20 tahun silam. Kadang, suaminya ikut membantu saat Hawsah berjualan. Namun belakangan ini, sang suami sering sakit-sakitan. Sehingga memaksanya untuk berjualan dan mengemudi sendiri benhur tersebut. “Kalau tidak jualan, kita mau makan apa. Anak saya tidak ada yang PNS maupun memiliki pekerjaan tetap. Sehingga kita cari makan sendiri-sendiri,” ujarnya.
Meski penghasilan yang ia peroleh tidak seberapa, namun dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan dia dan suaminya. “Keuntungan berjualan ikan ini tidak besar jika dibandingkan pedagang di pasar. Tapi cukuplah untuk biaya hidup sehari-hari, dari pada tidak ada kerjaan sama sekali,” katanya.
Menurut dia, pedagang pasar dapat menjual ikan dengan selisih harga yang signifikan setelah membelinya dari distributor. Sedangkan pedagang ikan keliling hanya bisa memberi selisih seribu hingga dua ribu rupiah dibanding harga pasar tempat ia membeli barang dagangan. “Keuntungannya memang tidak besar, itupun tergantung cuaca. Kalau cuaca buruk, kita kesulitan mendapat ikan murah dari distributor. Paling banter pemasukan setiap hari adalah Rp 50-60 ribu saja,” pungkasnya. (SK.Edo)

0 komentar:

Posting Komentar