Hawsah Jualan Ikan Dengan Benhur |
KM. Salaja Kampo--Tuntutan ekonomi memaksa sebagian orang bekerja keras dalam mencari
nafkah, meskipun harus melakoninya dengan penuh resiko. Tidak terkecuali
Hawsah, 55 tahun. Warga Desa Cenggu Kecamatan Belo ini harus mengendarai
sendiri benhurnya (Delman) untuk menjual ikan di tiap-tiap desa. Berikut liputan Salaja Kampo
selengkapnya.
Sebelum fajar terbit, Hawsah Mustamin seperti
biasa ngetem di pasar Tente untuk menunggu ikan yang datang dari Kecamatan
Langgudu. Setelah ikan tiba, tidak langsung ia dapatkan dengan mudah. Dia harus
berdesak-desakan dengan rekan-rekannya untuk bisa mendapatkan ikan yang
ditunggu tersebut.
Usai mendapatkan ikan,
nenek yang sudah dikaruniai enam orang cucu ini langsung bergegas menuju
desa-desa guna menjajakan ikan jualannya. Untuk menjual ikan keliling, ia harus
menyewa transportasi agar jualannya bisa sampai ke pelanggan. Ironisnya, ibu
empat orang anak ini memanfaatkan benhur untuk mengantar jualan. Parahnya lagi,
ia harus mengendarai sendiri benhur tersebut.
Di kala Pemerintah Kabupaten
Bima tengah sibuk mengelola pasar tradisional, pedagang ikan keliling justru
menghadirkannya ke tengah warga. Pekerjaan yang seringkali dipandang sebelah
mata, namun kehadirannya selalu dinanti. “Walaupun mengendarai sendiri benhur,
saya lebih suka jualan keliling. Karena bisa ketemu dengan banyak pelanggan,”
ujar Hawsah saat ditemui di simpang tiga Desa Roi usai menjual dagangannya, Kamis (27/2).
Bersama Benhurnya, Hawsah
bersemangat melayani pelanggan-pelanggannya yang mayoritas perempuan di tepi jalan.
Sedikit demi sedikit ember berisi ikan itu berkurang. Pembeli datang silih
berganti dari kampung ke kampung.
Pekerjaan itu sudah ia
geluti sejak 20 tahun silam. Kadang, suaminya ikut membantu saat Hawsah
berjualan. Namun belakangan ini, sang suami sering sakit-sakitan. Sehingga
memaksanya untuk berjualan dan mengemudi sendiri benhur tersebut. “Kalau tidak
jualan, kita mau makan apa. Anak saya tidak ada yang PNS maupun memiliki
pekerjaan tetap. Sehingga kita cari makan sendiri-sendiri,” ujarnya.
Meski penghasilan yang
ia peroleh tidak seberapa, namun dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan dia
dan suaminya. “Keuntungan berjualan ikan ini tidak besar jika dibandingkan
pedagang di pasar. Tapi cukuplah untuk biaya hidup sehari-hari, dari pada tidak
ada kerjaan sama sekali,” katanya.
Menurut dia, pedagang
pasar dapat menjual ikan dengan selisih harga yang signifikan setelah
membelinya dari distributor. Sedangkan pedagang ikan keliling hanya bisa
memberi selisih seribu hingga dua ribu rupiah dibanding harga pasar tempat ia
membeli barang dagangan. “Keuntungannya memang tidak besar, itupun tergantung
cuaca. Kalau cuaca buruk, kita kesulitan mendapat ikan murah dari distributor.
Paling banter pemasukan setiap hari adalah Rp 50-60 ribu saja,” pungkasnya. (SK.Edo)
0 komentar:
Posting Komentar